100KPJ

Begini Cara Malaysia Bikin Awet Jalan Raya, Indonesia Mesti Belajar?

Share :

100kpj – Malaysia merupakan salah satu negara dengan infrastruktur maju di kawasan Asia Tenggara. Hal itu bisa terlihat melalui bangunannya yang berdiri rapi, serta jalan raya teratur dan juga bersih.

Selain itu, jalan-jalan besar di Malaysia, terutama di pusat kota seperti Kuala Lumpur, jarang sekali terlihat ada yang berlubang atau penuh undakan dan bergelombang. Pemerintah Negeri Jiran rupanya memiliki cara unik dalam hal pembangunannya. Tak seperti negara kebanyakan, Malaysia menggunakan karet sebagai bahan campuran aspal di jalan raya.

Baca juga: Beda Aturan Lalu Lintas di Malaysia dan Indonesia, Lebih Maju Mana?

Menurut Menteri Pekerjaan Umum Malaysia, Fadillah Yusof, jalanan bercampur karet ini dipilih karena dianggap dapat menghemat biaya, lebih awet, serta tahan lama.

Karet itu, kata dia, nantinya akan dibulatkan kecil-kecil seukuran cangkir untuk selanjutnya dicampur dan disebar merata ke dalam aspal.

"Perhitungan itu didasarkan pada penggunaan karet seismik pada struktur bangunan yang dapat menyerap guncangan, terlebih adanya ancaman gempa di Malaysia," ujar Yusof seperti dilansir Reuters, Jumat 13 Maret 2020.

Sementara itu, menurut Douglas Uggah Embas yang pernah menjabat sebagai Menteri Komoditas Malaysia, untuk mendukung rencana tersebut, dibutuhkan karet sebanyak 4,2 ton pada setiap kilometernya. Berdasarkan kalkulasi, pemerintah butuh 10 persen karet dari total produksi Malaysia pertahun sebanyak 710 ribu ton.

"Targetnya menggunakan 10 persen dari produksi karet Malaysia untuk tujuan ini. Kami berharap tahun ini ada kelebihan pasokan, agar dapat mengurangi tekanan biaya," kata Embas.

Berbeda dengan Malaysia yang telah menerapkan pencampuran karet dan aspal jalan sejak lama, Indonesia masih dalam tahap riset dan pengembangan. Pada tahun lalu, pemerintah melalui Menteri Perindustrian mengaku sedang berusaha meningkatkan utilisasi karet alam di dalam negeri melalui penggunaan tujuh persen karet sebagai campuran dalam aspal untuk jalan raya.

Sedang Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo berharap penggunaan aspal karet akan menggunakan jenis karet remah (crumb rubber) supaya integratif dari hulu hingga ke hilir.

"Desain bangun karet Indonesia itu semuanya crumb rubber dari sejak era 1970an. Sebanyak 95 persen karet Indonesia adalah crumb rubber. Oleh karena itu saya juga menghimbau untuk penggunaan aspal karet, pakailah crumb rubber supaya integratif," jelasnya.

Share :
Berita Terkait