100KPJ

Prabowo Lebih Pilih Jet Rafale Ketimbang Sukhoi-35, Keputusan Brilian?

Share :

100kpj – Pada Februari 2018 silam, Indonesia menandatangani nota kesepakatan yang disodorkan Rusia terkait pembelian jet tempur Sukhoi SU-35 yang jumlahnya mencapai 11 unit. Namun sayang, ada beberapa hal yang membuat proses distribusinya terhambat. Mulai dari perkara imbal dagang, sampai ancaman yang dilayangkan Amerika Serikat.

Ketidakpastian hadirnya Sukhoi SU-35 di Indonesia, membuat Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto nampak tak sabar. Kala berkunjung ke Perancis beberapa waktu lalu, Ketua Umum Partai Gerindra itu kabarnya melakukan perundingan terkait kemungkinan Indonesia membeli jet tempur Rafale Dassault sebanyak 48 unit.

Baca juga: Menhan Prabowo Mau Borong 48 Jet Tempur Rafale

Kendati harga per unitnya mencapai Rp1,5 triliun, sehingga Pemerintah Indonesia perlu merogoh kas negara hingga Rp72 triliun untuk seluruhnya, namun beberapa kalangan menilai keputusan Prabowo sudah tepat, meski tak sedikit juga yang menanggapinya sinis.

Secara kualitas, Rafale yang ditaksir Prabowo memang lebih baik ketimbang SU-35. Sebab, pesawat Rusia itu merupakan unit ‘tua’ yang lahir di generasi sama dengan F-14 Tomcat milik Amerika Serikat. Sedang Rafale yang pertama dikenalkan pada 2001, telah melalui sederet pembaruan hingga generasi empat plus, alias hampir setara lima.

Dilansir dari laman resmi Dassault-Aviation, Kamis 23 Januari 2020, Rafale memiliki tingkat aerodinamika tinggi, serta kemampuan manuver zero gravity atau G (+9 G atau -3 G) untuk kestabilan terbang. Bahkan, pesawat itu bisa menerjang udara hingga 11 G dalam keadaan darurat, dengan laju kecepatan pendaratan hingga 115 knot.

Salah satu keunggulan lain yang dimiliki Rafale ialah sistem bantuan-pertahanan terintegrasi bernama SPECTRA yang bisa melindungi pesawat dari serangan udara maupun darat menggunakan teknologi siliman virtual berbasis perangkat lunak. Fitur serupa tidak ditemukan di SU-35 yang dinilai mudah terdeteksi radar lawan.

Selain itu, Rafale juga memiliki fitur khas jet tempur generasi kelima, yakni sistem Thales RBE2 berjenis passive electronically scanned array (PESA) yang bisa melacak keberadaan lawan melalui pertarungan jarak dekat. Sedang sistem radar milik SU-35 sebenarnya tak mengecewakan, sebab sudah terpasang sistem berbasis antena array bertahap.

Di sektor persenjataan, keduanya hampir setara. SU-35 mengandalkan kanon internal Gryazev-Shipunov GSh-30-1 dengan 150 peluru, sementara Rafale menggunakan GIAT 30/719B cannon dengan 125 peluru.

Hanya saja, di bagian peledak, jet tempur Perancis lebih baik lantaran dibekali rudal jelajah nuklir ASMP-A, peledak yang telah terintegrasi dengan laser, serta perangkat tembak cadangan yang tersembunyi di dalam tubuh pesawat.

Selain menggempur musuh di udara, Rafale juga mampu menarget musuh di permukaan darat dengan peralatan mereka bernama alat intai Thales Optronics's Reco New Generation dan juga Damocles electro-optical. Fitur tersebut agaknya lebih baik ketimbang yang dimiliki SU-35.

Baca juga: Dijamin Terpukau, Ini Spek Jet Tempur Rafale Incaran Menhan Prabowo

Kendati punya banyak kelebihan, namun ada satu hal yang kurang dari Rafale, yakni soal kecepatan. Jet itu hanya mampu terbang pada 2.223 kilometer per jam, sedang Sukhoi SU-35 bisa mencapai 2.778 kilometer per jam. Jadi, sudah tepatkah keputusan Prabowo? (re2)

Share :
Berita Terkait