100kpj – Sejumlah wilayah di DKI Jakarta terendam banjir setelah diguyur hujan lebat di awal tahun. Pemukiman, jalan raya, hingga beberapa kendaraan tenggelam karena genangan air yang tinggi. Bahkan mobil-mobil juga ikut hanyut terbawa arus.
Bagi mobil yang terendam banjir hingga kondisinya mati, tentu biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan cukup merogoh kocek. Terkecuali mobil tersebut hanya sekadar menerobos banjir, namun kondisinya tetap hidup. Tapi soal biaya balik lagi tergantung dari kebijakan bengkel dan merek mobil tersebut.
Service Advisor Honda Pondok Indah Ali mengatakan, biaya perbaikan tergantung dari kasusnya, kalau mobil mati karena terendam banjir ongkos yang dibutuhkan lumayan besar karena banyak komponen yang diganti. Berbeda dengan mobil yang tetap hidup saat melibas banjir di jalan yang biayanya lebih kompetiitif.
“Kalau banjir yang dilewati sebatas ban, mesin masih hidup. Tapi ada beberapa komponen yang harus diperiksa, diantaranya klaher roda, sensor oksigen knalpot,” ujarnya kepada 100KPJ, Kamis 2 Desember 2019.
Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk banjir yang hanya sebatas ban pemeriksaan yang dilakukan fokus pada kaki-kaki. Seperti klaher roda, rem depan belakang baik itu kaliper atau tromol harus dibersihkan karena ada kotoran masuk.
“Kalau genangan air yang dilewati sampai setinggi kap mesin, mobil bisa mati di tengah jalan karena air masuk ke ruang pembakaran. Biaya perbaikannya sama dengan mobil yang sedang terparkir terendam air,” tuturnya.
Sebab untuk mobil yang terendam air hingga kaca depan, atau sampai plafon atas maka hampir semua komponen diperiksa, mulai dari mesin hingga kelistrikan. Untuk keputusan komponen diganti atau tidak tergantung setelah pemeriksaan dilakukan.
“Jika sudah begitu disarankan oli mesin dan oli transmisi diganti, dikhawatirkan air masuk. Minyak rem juga diganti, filter udara ganti kalau sudah basah, busi diganti. Pemeriksaan kabel kelistrikan dan ada beberapa komponen lainnya di luar interior,” sambungnya.
Menurutnya air itu masuk ke dalam ruang mesin atau tidak bisa dilihat dari filter udaranya yang basah atau tidak. Karena beberapa kasus mobil tetap hidup meski filter basah, tapi ujung-ujungnya bisa water hammer atau air masuk ke ruang silinder.
“Makannya kalau mobil sudah mati di tengah jalan tidak disarankan langsung dihidupkan, lebih baik di derek. Takutnya air di dalam ruang pembakaran atau silinder tidak dapat dikompresikan dan menjadi water hammer,” tukasnya.
Dia mengatakan, terkait biaya perbaikan beragam, secara garis besar untuk mobil yang kondisinya masih hidup namun telah melewati banjir sebatas ban sekitar Rp2 jutaan. Bagi mobil yang mati karena banjir biayanya di atas Rp2 juta sampai belasan juta rupiah.
Sementara menurut Diler Technical Support PT Toyota Astra Motor, Didi Ahadi dari produsen tidak ada penerapan biaya khusus mobil terkena banjir. Artinya ongkos perbaikan disesuaikan dengan komponen yang rusak, dan jasa servis lainnnya.
“Dari mulai ratusan ribu rupiah sampai jutaan, tergantung sedalam apa terendam banjir. Misal genangan air sampai karpet, otomatis harus dibersihkan dan dikeringan dengan biaya di atas Rp1 juta. Tapi kalau ECU (Engine Control Unit) terendam bisa berjuta-juta,” katanya kepada 100KPJ.
Lebih lanjut Didi menjelaskan, yang memakan biaya banyak salah satunya komponen kelistrikan karena seperti kabel dan fitur-fitur elektrik lainnya tidak bisa dibersiihkan, harus diganti. Terlebih fitur keamananan di dalam mobil itu berlimpah.
“Karena ABS, TRC, airbag, cruise control dan pre-loader adalah sistem keamanan maka semua item itu harus diganti bukan diperbaiki. Jika stoknya tidak tersedia di bengkel, fitur itu harus di non aktifkan,’ tuturnya. (re2)
Baca Juga: Alasan Kenapa Mobil Wajib Digendong Usai Terendam Banjir