Sebab untuk mobil yang terendam air hingga kaca depan, atau sampai plafon atas maka hampir semua komponen diperiksa, mulai dari mesin hingga kelistrikan. Untuk keputusan komponen diganti atau tidak tergantung setelah pemeriksaan dilakukan.
“Jika sudah begitu disarankan oli mesin dan oli transmisi diganti, dikhawatirkan air masuk. Minyak rem juga diganti, filter udara ganti kalau sudah basah, busi diganti. Pemeriksaan kabel kelistrikan dan ada beberapa komponen lainnya di luar interior,” sambungnya.
Menurutnya air itu masuk ke dalam ruang mesin atau tidak bisa dilihat dari filter udaranya yang basah atau tidak. Karena beberapa kasus mobil tetap hidup meski filter basah, tapi ujung-ujungnya bisa water hammer atau air masuk ke ruang silinder.
“Makannya kalau mobil sudah mati di tengah jalan tidak disarankan langsung dihidupkan, lebih baik di derek. Takutnya air di dalam ruang pembakaran atau silinder tidak dapat dikompresikan dan menjadi water hammer,” tukasnya.
Dia mengatakan, terkait biaya perbaikan beragam, secara garis besar untuk mobil yang kondisinya masih hidup namun telah melewati banjir sebatas ban sekitar Rp2 jutaan. Bagi mobil yang mati karena banjir biayanya di atas Rp2 juta sampai belasan juta rupiah.