100kpj – Di Amerika Serikat mobil berjenis station wagon lansiran Chevrolet atau Holden kerap dipakai untuk mengangkut jenazah. Hal itu terjadi sekira tahun 1970-1980-an. Rumah sakit memanfaatkan wagon karena dimensinya panjang, sehingga muat mengangkut peti mati.
Station wagon pada dasarkan dilahirkan oleh pabrikan agar konsumen yang bermasalah dengan muatan barang dapat terbantu. maka itu bokong wagon dibuat lebih panjang, sehingga kapasitas bagasi lebih besar dari sedan.
Di negara bagian Eropa, Amerika Serikat, Australia hingga Asia mobil station wagon memiliki kasta yang sama dengan sedan pada umumnya. Sedangkan di Indonesia, mobil dengan bokong ‘semok’ itu menjadi varian tertinggi dari jenis sedan yang ada.
Modifikator Enthusiast Kiki Anugraha mengatakan, mobil jenis station wagon ditempatkan sebagai varian termahalnya sedan. Berdasarkan urutannya, yang paling bawah adalah sedan empat pintu, lalu coupe dua pintu, cabriolet atap terbuka, dan station wagon.
Menurutnya karena mobil jenis tersebut harganya cukup mahal di Indonesia, maka jarang orang yang berminat memilikinya. Sekalipun ada jumlahnya sedikit, dan rata-rata yang menggunakan model sudah berumur dengan kondisi standar.
“Station wagon dari pandangan saya orang tidak terlalu suka karena harganya mahal, tapi mirip mobil pengangkut mayat. Jadi enggak ada daya tariknya,” ujarnya kepada 100KPJ, Jumat 20 Desember 2019.
Dia menjelaskan, dua tahun terakhir sudah mulai terlihat beberapa wagon di jalan namun tidak seramai sekarang. Untuk memancing minat anak muda, di awal 2018 Kiki memodifikasi wagon miliknya Mercedes-Benz S212 Estate bergaya stance.
“Saya wide bodi, radius, pakai air suspensi, dan lain-lain. Dari situ lah mungkin sebagian orang melihat ternyata station wagon keren nih. Akhirnya tahun kemarin langsung ramai itu yang modifikasi station wagon,” katanya.
Ramainya pemilik station wagon itu menurutnya terlihat saat acara The Elite Show Case di ICE BSD. Dia mengatakan, acara itu jadi salah satu patokan soal tren atau gaya modifikasi. Sebab saat mobil yang dimiliki bisa tampil dalam acara tersebut saja, sudah suatu kebanggan.
“Kebetulan juga mobil wagon saya jadi the best The Elite di tahun lalu. Mulai dari situ saya melihat semakin banyak nih yang pakai wagon. Makannya saya buat grup kecil-kecilan, akhirnya jadi ramai sekarang dan saya buat dua komunitas,” tuturnya.
Dia mengatakan, komunitas pertama yang dibentuk untuk menampung para pecinta station wagon khusus Mercedes-Benz adalah Station Wagon Owner Indonesia (SWOI). Kemudian untuk perkumpulan kedua yang dibuat adalah Wagon Fitmen.
“Wagon Fitmen itu saya buat bareng Gofar Hilman. Untuk Wagon Fitmen mobil-mobil yang full modifikasi, fitmennya rapet-rapet, velgnya lebar-lebar pakai air suspensi, dan anggotanya sekarang ada 30 mobil. Untuk SWOI anggotanya ada 50-an mobil, standar juga boleh tapi khusus Mercedes-Benz,” lanjutnya.
Setelah dua komunitas tersebut lahir, ternyata peminat wagon semakin banyak. “Dari situ berdampak harga mobil bekasnya jadi naik. Karena mungkin banyak orang yang jenuh dengan mobil sedan, mobil coupe,” sambungnya.
“Contohnya yang harganya jadi naik untuk jenis wagon ada Mercy W124 atau Boxer versi wagon. Harganya juga gelap, dan rata-rata naik sampai BMW juga naik wagonnya sekitar 20 persen naiknya. Jadi sampai sekarang harga mobil tersebut jadi lebih mahal,” katanya
Menurut penelusuran 100KPJ, memang mobil wagon dengan harga selangit lahir dari brand-brand Eropa. Dan merek asal Benua Biru yang paling terjangkau adalah Volvo, mulai dari 145 wagon, 240 wagon, 740 wagon, 940 samai 960 harganya Rp100 jutaan sampai Rp200 jutaan.
Tergantung tahun produksi dan kondisi mobil tersebut. Sementara Mercedes-Benz rada mahal, untuk tahun 1998 C230 dikenakan Rp285 juta. Sedangkan sudah sekelas E Class atau yang kerap disapa boxer sudah menyentuh Rp300 jutaan meski lawas. (re2)
Baca juga: Alasan Mengapa Harga Avanza dan Mobilio di Singapura Tembus Rp1 M