“Kalau dari kita tdak pernah melakukan itu, yang penting pembelianya siapa sesuai NPWP dan kita turuti. Dan penjualan mobil baru di Prestige memang sedikit sekali dari 2014,” ujarnya di Jakarta, Jumat 13 Desember 2019.
Lebih lanjut Rudy menjelaskan, pemalsuan data biasanya terjadi saat pembelian mobil baru bukan bekas pakai. Sementara showroom yang dimiliki sebagai besar menjual mobil bekas yang sudah jelas asal usul nama pemiliknya dan kondisi pajaknya.
“Jadi lebih banyak menjual mobil seken sejak itu (2014), yang mana sudah mempunyai nama. Tapi kalau registrasi baru dari kita pasti harus nama orang yang beli,” tuturnya.
Menyinggung saat ditanyakan soal tanggapan terkait pemilk mobil mewah yang memanfaatkan nama orang lain, Rudy enggan berkomentar. “No comment. Kenyataannya kan banyak walaupun tidak boleh dilakukan, saya juga tidak tahu kenapa bisa begitu,” katanya.
Mobil mewah atau supercar nunggak pajak
“Pada dasaranya saya setuju kalau beli mobil harus bayar pajak. Masa punya sapi enggak bisa beli talinya. Cuma mungkin para pemilik mobil itu karena dipakainya weekend doang, Sabtu atau Minggu jadi benar-benar lupa,” tutur pengusaha tersebut.
Lebih lanjut pria yang kerap dekat dengan artis Ibu Kota itu menyebut, mungkin bisa dibuatkan trobosan baru agar pemilik kendaraan itu membayar pajak tahunan tepat waktu. Misalnya membuat aplikasi atau semacam fitur pengingat.