100kpj – Belum lama ini, General Motors atau GM sebagai induk perusahaan Chevrolet di Tanah Air mengumumkan akan angkat kaki dari pasar Indonesia pada Maret 2020 mendatang. Keputusan itu terpaksa diambil, lantaran penjualan produk mereka yang tak kunjung membaik.
Keluarnya Chevrolet dari pasar Tanah Air tentunya menimbulkan kerugian besar. Sebab, kepercayaan publik terhadap brand mereka seketika turun. Selain itu, para konsumen yang kadung cinta pada mobil berlogo plus tersebut pasti merasa ‘terbuang’ lantaran minimnya komitmen yang ditunjukkan oleh pabrikkan.
Itulah mengapa, menurut pengamat otomotif senior bernama Bebin Djuana, akan sulit bagi Chevrolet jika suatu saat nanti ingin kembali ke pasar Tanah Air.
"Saya lihatnya sayang saja, bahwa bangun kepercayaan publik terhadap sebuah brand itu kan susah sekali. Dan ketika sudah ada yang suka dengan brand tersebut, terus (perusahaan) main tinggal begitu aja, kesannya (konsumen) kayak digeletakin begitu aja. Buat saya itu enggak bagus," kata Bebin saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat.
Pria berkacamata itu menambahkan, Chevrolet terlalu gegabah mengambil keputusan. Padahal kalau dilihat dari kapasitas penjualan, selama dua tahun ke belakang seluruh industri otomotif di Indonesia memang sedang mengalami dekadensi, alias penurunan angka. Hal itu masih berkaitan dengan ingar-bingar perpolitikan di dalam negeri.
Bebin juga berpendapat, Indonesia adalah pasar paling potensial di Asia, bahkan di dunia. Sehingga pabrikan yang berencana hengkang, sebaiknya memikirkan juga dampak jangka panjangnya.
"Soal konsumen sedikit atau banyak itu relatif. Jumlah konsumen yang memakai produk tersebut itu kan harus diperhitungkan. Apalagi yang baru beli, yang masih ada garansinya. Itu nanti yang mengurusi siapa? Memang mereka bisa saja nunjuk pihak ketiga untuk urus aftersales, tapi konsumen yang baru pakai, bagaimana?" kata dia.
"Jadi akan ada dua tipe konsumen yang terdampak, yang betul-betul fanatik akan tersakiti dan yang baru beli juga pasti akan kecewa banget. Jadi ketika suatu saat mereka mau kembali, akan sulit sekali untuk mendapat kepercayaan lagi," sambungnya. (re2)