100kpj – Pemerintah melalui PT Solo Manufaktur Kreasi meluncurkan produk pertama Esemka beberapa waktu lalu. Mobil yang kelahirannya sudah dinantikan sejak lama itu bernama Bima, dan berasal dari segmen komersial yakni pikap.
Langkah Esemka memilih pikap sebagai produk pertama mendapat tanggapan beragam dari masyarakat Indonesia. Sebagian merasa setuju, namun tak sedikit juga yang menolak lantaran tak banyak konsumen yang berminat membeli mobil jenis tersebut.
Apalagi, sebelum pikap Bima dirilis, Presiden Joko Widodo sempat memamerkan mobil Esemka dengan model sport utility vehicle atau SUV saat masih menjabat sebagai Walikota Solo. Sontak, masyarakat pun berharap, pabrikan yang bermarkas di Boyolali, Jawa Tengah itu bisa menghadirkan unit yang sama untuk dipasarkan ke konsumen umum.
Lantas, apakah keputusan Esemka yang lebih memilih pikap ketimbang SUV sebagai produk pertama merupakan langkah keliru? Nyatanya, tidak juga.
Pengamat otomotif senior bernama Bebin Djuana berpendapat, apa yang telah diputuskan Esemka sebenarnya sudah tepat. Hal tersebut mengacu pada fungsi kendaraan niaga yang diklaim cocok dengan karaktersik negara secara geografis.
“Indonesia itu luas dengan jumlah penduduk yang banyak. Mereka pasti membutuhkan kendaraan logistik untuk mengirim barang (dari satu tempat ke tempat lain). Hal itu yang coba dimanfaatkan Esemka,” ujarnya saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat, Sabtu 9 November 2019.
Bagi kalangan perseorangan, kata dia, pikap memang bukan pilihan utama. Akan tetapi perlu diingat, Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian daerahnya masih sukar menerima akses barang dan makanan. Sehingga, butuh kendaraan niaga untuk memudahkan proses pengirimannya.
“Sekarang kita lihat, kalau mau kirim makanan, minuman, dan keperluan lain ke masyarakat yang tinggal di pelosok, mereka (pengirim dari kota) mau ngirim pakai apa? Becak?” ujar Bebin.
“Nah terus sebaliknya, seluruh hasil agriculture di desa yang mau dikirim ke kota diangkut pakai apa? Kuda? Kan tidak mungkin. Kita bicara pelosok, bukan hanya Jawa. Makanya saat melihat Esemka meluncurkan pikap, menurut saya itu (keputusan) smart,” sambungnya.