100KPJ

Merek Mobil Amerika Berguguran, Bagaimana Nasib Merek Eropa?

Share :

100kpj – Beberapa waktu lalu, General Motors atau GM sebagai induk perusahaan Chevrolet di Tanah Air mengumumkan akan angkat kaki dari pasar Indonesia pada Maret 2020 mendatang. Keputusan itu terpaksa diambil, lantaran penjualan produk mereka yang tak kunjung membaik.

Sebelum Chevrolet, merek asal Negeri Paman Sam lain yang lebih dulu cabut dari Indonesia ialah Ford dan Chrysler. Kini, satu-satunya yang masih bertahan di Tanah Air hanyalah Jeep. Mobil legendaris yang berada di bawah naungan Hascar Group tersebut, harus susah payah memenangkan persaingan pasar yang terbilang segmented.

Lain halnya dengan merek-merek tersebut, pabrikan asal Eropa—khususnya Jerman—tampak masih mampu mendulang sukses di Tanah Air. Bahkan, PT Garuda Mataram Motor atau GMM sebagai distributor mobil Volkswagen di Indonesia menyebut masa depan pasar otomotif Eropa di dalam negeri terlihat cerah.

“Kalau kami, sepanjang tahun ini sebenarnya statis (karena berbarengan dengan momentum politik), tapi cukup baik. Tahun depan harapannya ada peningkatan,” ujar Chief Operating Officer, Jonas Chendana di bilangan Jakarta Pusat, Sabtu 9 November 2019.

Jonas mengaku, apa yang terjadi pada pabrikan asal Amerika di Indonesia tidak membuatnya resah. Sebab, ada satu hal yang membuat merek Eropa sulit ditinggalkan konsumen Tanah Air, yakni karakteristik kendaraan serta keterikatan emosional yang kuat.

“Kita bisa lihat mobil-mobil Eropa itu punya keunikannya sendiri. Bahkan secara khusus, VW sendiri punya histori panjang dengan konsumen Indonesia, ada kesehatian yang kuat. Dulu itu malah sampai ada sebutan VW camat. Sampai sekarang populasinya masih banyak, terutama di wilayah Bali,” ujarnya.

Sementara itu pengamat otomotif senior, Bebin Djuana menyebut, gaya bisnis produsen mobil asal Amerika dan Eropa sejatinya berbeda. Sehingga, kata dia, nasib keduanya di pasar Indonesia tak bisa digeneralisasi atau disamakan.

“Setiap perusahaan yang bubar itu punya kasusnya masing-masing. Ford punya kasus sendiri, begitupun Chevrolet. Jadi tak bisa di-generalize dengan pabrikan lain (asal Eropa),” kata dia.

“Tapi saya berharap itu tak terjadi (pada pabrikan Eropa), karena saya sangat menyayangkan ketika Chevrolet memutuskan keluar dari Indonesia. Kenapa? Membangun brand dan mendapat kepercayaan konsumen itu susah. Sehingga saat ada merek yang sudah dicintai namun pergi begitu saja, rasanya pasti tak mengenakkan,” sambung Bebin.

Share :
Berita Terkait