100KPJ

Mengapa Mobil Amerika Sulit Bersaing di Indonesia

Share :

100kpj – Beberapa waktu lalu, General Motors atau GM sebagai induk perusahaan Chevrolet di Tanah Air mengumumkan akan angkat kaki dari pasar Indonesia pada Maret 2020 mendatang. Keputusan itu terpaksa diambil, lantaran penjualan produk mereka tidak kunjung membaik.

Sebelum Chevrolet, jenama asal Amerika Serikat lain yang lebih dulu cabut dari Indonesia ialah Ford. Sama seperti Chevrolet, Ford hengkang dari Tanah Air lantaran kalah bersaing dengan pabrikan asal Jepang. Masuk ke pasar dalam negeri pada 2002, produsen asal Detroit itu harus mencabut kuku bisnisnya pada 2016 silam.

Mundur jauh ke belakang, pabrikan AS yang sempat tenar di akhir 90-an, Chrysler juga tak mampu menghadapi ketatnya persaingan di Tanah Air. Tak diketahui pasti kapan merek tersebut hengkang, namun kuat dugaan Chrysler mengalami kebangkrutan pada 2009 lalu.

Satu-satunya merek mobil asal Amerika yang masih bertahan di Indonesia adalah Jeep. Mobil legendaris yang berada di bawah naungan Hascar Group tersebut, harus susah payah memenangkan persaingan di pasar yang terbilang segmented.

Lantas, mengapa merek mobil asal Amerika Serikat yang cukup populer di negara asalnya tampak kesulitan bersaing di Indonesia? Padahal, secara tampilan dan spesifikasi mesin, mobil lansiran negeri Paman Sam itu boleh dikatakan baik dan layak dilirik.

Pengamat otomotif senior sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung, Yannes Pasaribu menyebut, strategi pemasaran yang diadopsi pabrikan Amerika Serikat di Indonesia cenderung salah. Sebab, mereka masih memakai cara-cara di negara asalnya untuk beradu sikut di segmen pasar lokal yang inklusif.

“Produk AS kalah berkompetisi di Indonesia karena mereka mencoba berkompetisi dengan strategi global mereka di segmen pasar lokal yang inklusif—yang memiliki warna budaya sendiri. Itulah yang membuat mereka sulit mencapat target keuntungan yang berkesinambungan,” ujarnya saat dihubungi 100KPJ, Rabu 6 November 2019.

“Cara-cara (pemasaran) itu mungkin berhasil saat diterapkan di pasar dunia, terutama Amerika Serikat. Namun hal itu belum tentu berhasil saat melakukan penetrasi di pasar Indonesia,” sambungnya.

Selain alasan tersebut, penyebab utama mengapa merek asal Amerika Serikat sulit bersaing di dalam negeri, ialah karena konsumen Tanah Air sudah kadung percaya dengan produk-produk lansiran Jepang. Terutama, mereka yang membeli kendaraan untuk keperluan operasional.

“Pasar Indonesia secara kultural sudah Japan-minded. Karena menurut saya, hanya negara yang kuat secara ekonomi dan budaya yang mampu membangun cara pandang baru bagi masyarakat Indonesia,” terangnya.

Yannes menambahkan, apabila ada pabrikan yang ingin mengalahkan dominasi merek Jepang di Indonesia, maka mereka harus melakukan upaya kolaborasi seperti yang dianut jenama asal Cina beberapa tahun ke terakhir.

“Merek Cina seperti Wuling, Changan, Foday, BYD, dan DFSK belakangan diminati konsumen Indonesia karena mereka mau bahu-membahu dalam membangun branding yang kuat. Kolaborasi itu penting, bahkan kini mereka berani bermain di segmen pasar terbesar seperti MPV dan SUV,” kata dia. (re2)

Share :
Berita Terkait