“Kemudian Belanda mengganti setirnya ke sebelah kiri pada masa penjajahan Napoleon. Namun, perubahan haluan itu tidak diikuti wilayah jajahan Belanda, seperti Suriname dan juga Hindia Belanda (Indonesia). Negara itu tetap menggunakan setir di sebelah kanan,” ujar Chapman.
Di abad ke-19, berbarengan dengan pengesahan aturan setir kendaraan, Inggris juga sedang mengerjakan proyek kereta api yang rencananya akan diekspor ke Jepang. Kala itu, kereta api dirancang melaju di jalur sebelah kiri, dengan komponen kendali di posisi kanan.
“Akibatnya, muncul aturan serupa untuk kendaraan lain, salah satunya mobil. Hal itu pun mempengaruhi produksi di Jepang, serta regulasi di banyak negara lain yang sedang dijajahnya (salah satunya Indonesia),” terang Chapman. (re2)