Wanita yang akrab disapa Ane itu menyebut, meski nantinya langkah awal DFSK menjual Glory E3 dalam keadaan impor utuh, namun banyak hal yang harus disesuaikan. Salah satunya kuota dari kantor pusat, meski E3 baru dijual di China.
“Iya karena bermain dengan produksi global, harus ada hitung-hitungan yang cermat. Kalau pun produksi di sini banyak persiapan teknis di jalur produksi,” katanya.
Sebelumnya kami sempat berbincang secara esklusif dengan Co Chief Executive Officer PT Sokonindo Automobile Alexander Barus, sepanjang GIIAS kemarin sudah ada beberapa orang yang serius ingin memesan Glory E3.
“Mobil listrik kami dipaksa orang SPK (surat pemesanan kendaraan). Dia mau bayar DP (down payment) saya bilang jangan. Ada dua orang yang satu minta empat unit, satu lagi enam unit,” kata Barus baru-baru ini kepada 100kpj.com.
Menurutnya alasan tidak menerima uang pemesanan dari calon konsumennya untuk E3 karena waktu peluncurannya belum direncanakan. “Waktunya belum kita tentukan,” ujar CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park itu.
Mobil gagah pelahap seterum ini dibekali baterai berdaya 52,56 kWh, yang dapat berjalan hingga 405 kilometer dalam keadaan baterai penuh. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian baterainya hanya 30 menit dari keadaan 20 persen sampai 80 persen dengan alat khusus.