100kpj – Toyota Fortuner Hybrid sepertinya tidak akan dijual di Indonesia, lantaran PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai produsen menilai teknologi yang ada saat ini masih mild hybrid.
Menurut Marketing Direktur PT TAM, Anton Jimmi Suwandy, setiap negara memiliki kebutuhan pasar yang berbeda-beda. Sedangkan untuk teknologi mild hybrid sepertinya kurang tepat jika berada di dalam Fortuner.
"Kita melihat agak berbeda dengan negara lain tapi catatan sekali lagi itu mild hybrid bukan full hybrid teknologinya. Dan kita lihat di Indonesia apakah lebih cocok mild hybrid, atau sekarang kita mengarah pada flexy fuel?," ujar Anton.
Lebih lanjut dia menjelaskan, perusahaan sepertinya akan mengikuti arahan pemerintah untuk mesin diesel yang lebih ramah lingkungan, yaitu bisa menggunakan jenis bahan bakar bioetanol dengan kandungan minyak nabati lebih tinggi.
"Tadi kita juga sempat katakan pemerintah arahnya ke flexy fuel. Sekarang ada B30 mungkin kedepannya ada B35 dan lain-lain ke depannya ini bisa mengurangi permintaan BBM, dan sebagainya jadi saya rasa yang penting tujuannya bukan teknologinya," tuturnya.
Toyota Fortuner Hybrid meluncur di Afrika Selatan, April 2024. Melansir situs resmi Toyota Afrika, model itu dikembangkan dari varian tertinggi yang hadir dalam 8 tipe dengan harga 834.800 Rand setara Rp707 juta, sampai 972.300 Rand atau Rp823 juta.
Dibandingkan dengan versi konvensional yang menjadi basik hybrid, ada selisih Rp10 jutaan lebih mahal. Tidak tergolong mahal, mengingat teknologi yang disematkan mirip Suzuki sebagai brand aliansinya.
Toyota Fortuner versi ramah lingkungan itu hanya mengandalkan mild hybrid, atau kategori hybrid ringan. Menggabungkan mesin diesel empat silinder berkapasitas 2.800cc turbo dengan baterai bedaya 48 Volt, atau 41,6 Ampere.
Semi hybrid tersebut dikawinkan dengan generator motor listrik sebagai pengganti alternator konvensional. Fungsinya mampu memberikan tenaga di kecepatan rendah, atau saat berjalan dari kondisi diam.
Bermodal teknologi hybrid ringan tersebut, SUV itu dapat menyemburkan tenaga maksimal 201 dk di 3.000-3.400 rpm, dan torsi 500 Nm di 1.600-2.800 rpm. Sementara konsumsi bahan bakarnya diklaim lebih efisien 5 persen.
Dalam kondisi normal mesin peminum solar itu diklaim mencatat 7,9 liter per 100 km, atau setara 12,6 km per liter. Tidak ada yang spesial, karena masih tergolong boros, terutama dibandingkan mesin bensin hybrid.