100kpj – Tesla yang sempat digadang-gadang akan menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia hanya harapan kosong yang diberikan Elon Musk kepada pemerintah, bahkan dia hanya menjual jaringan internet StarLink.
Sejak tahun lalu pemerintah terus membangun kedekatan dengan Elon Musk, bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan bersama Presiden Jokowi mengunjungi markas besarnya di Amerika Serikat, dan sempat dijanjikan akan berinvestasi.
Bahkan (Purn) Panglima TNI itu sempat bertemu pendiri SpaceX tersebut yang kedua kalinya, pada Agustus 2023 demi meyakinkan ketertarikannya menancapkan kuku bisnisnya di Tanah Air, terlebih saat itu Malaysia masuk dalam radarnya Tesla.
“Selama kurang lebih dua setengah jam, saya berdiskusi dengan Elon Musk terkait perkembangan ekonomi Indonesia dan kondisi terkini Tesla," kata Luhut melalui Instagram pribadinya.
Jenuh menunggu kepastian merek mobil listrik asal negeri paman sam itu, Luhut sempat tidak berharap. Mengingat BYD sebagai pemain kendaraan listrik terbesar asal China sudah masuk dengan nilai investasi 1,3 miliar dollar.
Bahkan kepastian Tesla tidak jadi masuk Indonesia akhirnya ditegaskan oleh Menteri Investasi atau Kepala BKPM, Rosan Roeslani, baru-baru ini saat rapat kerja bersama Komisi V1 DPR RI.
Menurutnya, Tesla ingin ingin berinvestasi pada sektor energi baru terbarukan, dan di Indonesia masih banyak menggunakan energi tidak terbarukan seperti batu bara, atau dari sumber fosil lainnya yant tidak ramah lingkungan.
"Kebetulan saya involve langsung berbicara dengan Tesla. Salah satu (alasan) mereka mengalihkan investasi bukan ke kita karena mereka bilang sebagai (produsen) ev car (mobil listrik) tentunya ingin semuanya bersih," ujar Rosan, dikutip, Kamis 5 September 2024.
"Kalau mereka masuk ke kawasan industri kita tetapi energinya masih dari fosil fuel kayak coal, enggak in line dengan visinya," tambahnya.
Rosan mengungkapkan bahwa persoalan energi hijau memang menjadi pertimbangan bagi investor. Karena itu, lebih banyak investor yang beralih ke Malaysia, Vietnam, dan Thailand, ketimbang Indonesia.
"Ini yang kita tidak bisa pungkiri ke depan akan seperti itu (menggunakan energi hijau). Nah kita ini yang mohon maaf, agak tertinggal," paparnya.