100kpj - Neta V-II pertama kali diperkenalkan pada ajang Periklindo Electric Vehicle Show, April 2024. Mobil listrik rakitan lokal pertama PT Neta Auto Indonesia itu mendapatkan beberapa penyegaran dari Neta V.
Secara spesifikasi, dan ubahan dari mobil listrik jenis crossover tersebut serupa dengan Aya V yang sudah hadir di China, sejak tahun lalu. Pada bagian depan bumpernya baru, dan grill dengan titik-titik aksen krom.
Bumper belakang juga berubah dengan aksen krom di apron bawah. Selain itu lampu pengereman lebih minimalis, dan desain velgnya berbeda memiliki warna dual tone berukuran 16 inci dibalut ban 185/55.
Untuk sistem pengereman depan, dan belakang cakram dengan suspensi independent MacPherson depan, dan belakang trailing-arm. Tapi yang menarik dari ubahan besarnya adalah penambahan teknologi keselamatan.
Mobil pelahap seterum itu disematkan Neta Smart Driving yang di dalamnya terdapat 9 fitur canggih, di mana secara sistem kerjanya serupa dengan ADAS (Advanced Driving Assitant System), sehingga mobil bisa membaca marka jalan, dan objek.
Crossover tanpa emisi itu mengandalkan baterai lithium ferrophosphate, atau LFP berdaya 36,1 kWh yang diklaim jarak tempuhnya 401 kilometer, dan sudah mendukung sistem pengisian cepat alias DC CCS2. Untuk pengisian baterai dari 30 persen, sampai 80 persen hanya 30 menit.
Sedangkan tenaga dinamo, atau motor listrik penggerak roda depannya 70 kW atau setara 93,8 dk, dan torsi 150 Nm. Mobil listrik yang dirakit di pabrik PT Handal Indonesia Motor, Bekasi, Jawa Barat itu juga menggunakan baterai rakitan lokal yang dibuat olej PT Gotion Green Energy Solution. Alhasil Neta V-II memilili TKDN di atas 40 persen.
"Paling berbeda dari baterainya, antara Neta V CBU dan Neta V-II lokal. Kita sudah menggandeng mitra lokal, baterai sudah melewati beberapa uji keamanan," ujar Product Planning Manager PT Neta Auto Indonesia, Jordy Angkawidjaja di Bandung, Jawa Barat, Rabu 10 Juli 2024.
Jordy lebih lanjut mengatakan, pertama sel baterai melewati getaran yang tinggi, ditempa dalam tekanan tinggi, dan diklaim baterai LFP itu tidak ada kerusakan. Kemudian disimulasikan terhadal panas.
"Paling konsen disulutkan api di atasnya, dan saat tes itu tidak terjadi masalah dari shell baterai itu sendiri. Lalu ada pengujian masuk ke dalam air sedalam 1 meter selama 30 menit, tapi kita bisa lebih lama dari itu. Tempreature shock, jadi baterai ini disirkulasi sampai minus 60 derajat kurang lebih 48 jam, dan tidak ada kerusakan juga, begitu pun tes krlistrikan," tuturnya.
Kemudian untuk menjaga suhu baterai saat digunakan berkendara dalam kondisi panas, Neta menyematkan sistem pendingin untuk menjaga suhu baterai tetap optimal di angka 15-45 derajat celcius.