100kpj – Mobil listrik Chery Omoda E5 menggunakan baterai lithium ferrophosphate, atau LFP buatan BYD. Hal itu sempat diungkap oleh Head of Brand Departemen PT Chery Sales Indonesia, Rifkie Setiawan baru-baru ini.
“Iya baterainya dari BYD,” ujar Rifkie secara singkat saat berbincang dengan 100kpj saat review ekslusif Chery Omoda E5 di Gading Serpong, Tangerang, dikutip, Jumat 2 Februari 2024.
Baca juga: Test Drive BYD Atto 3 Jakarta-Bandung, Cuma Butuh Biaya Segini Untuk Isi Baterai
Baterai yang tidak menggunakan bahan baku nikel tersebut memiliki kapasitas 61,06 kWh, melalui pengujian WLTP (Worldwide Harmonized Light Vehicles Test Procedure) SUV listrik itu bisa berjalan sejau 430 km.
Sementara berdasarkan pengujian NEDC (New European Driving Cycle) daya jelajahnya sejauh 505 km. Ternyata daya baterai Chery Omoda E5 lebih besar dari mobil listrik BYD Atto 3 tipe Superior Extanded Range.
Pasalnya SUV listrik andalan BYD yang sudah masuk pasar Indonesia itu baterainya hanya berdaya 60,48 kWh dengan jarak tempuh 480 km berdasarkan pengujian NEDC. Lalu apa untungnya pakai baterai LFP?
“Baterai LFP memiliki bahan katoda terbuat dari besi fosfat, yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dan lingkunan. Baterai ini juga lebih aman karena tahan panas, dan tidak mudah meledak,” kata Rifkie dikutip dari keterangan resminya.
Pengujian baterai yang dijelaskan dalam keterangannya serupa dengan cara BYD, yaitu tahan terhadap tusukan benda tajam, dan lebih stabil jika terpapar suhu panas, dan bisa terendam air setinggi 45 cm.
Baterai tersebut berada di bagian lantai bawah mobil, namun karena platform Omoda E5 serupa dengan versi konvensionalnya, saat kami uji coba SUV listrik itu terlihat bagian baterai yang sedikit menonjol dari kolong mobil.
Namun karena ground clearance SUV pelahap seterum itu 190 mili meter, dianggap sudah cukup tinggi untuk melindungi baterai, ditambah lapisan plat baja yang diklaim kuat untuk melindungi dari benturan keras.
“Keunggulan lain baterai ini seperti pelepasan panas yang lambat, produksipanas yang rendah, suhu awal tinggi untuk reaksi eksotermik, dan kemampuan untuk tidak melepaskan oksigen saat rusak,” sambungnya.