Terkait kenyamanan, kabinnya cukup kedap, dan kami tidak merasakan sedang mengendarai mobil listrik, karena Atto 3 tidak memiliki fitur one pedal sehingga saat pedal gas dilepas lajunya normal alias tidak tertahan seperti mobil bensin bertransmisi matik pada umumnya.
Bahkan fitur regenerative braking pada SUV pelahap seterum itu tidak terlalu berlebihan menahan laju mobil saat pedal gas di lepas. Namun kekurangan yang kami rasakan adalah settingan kaki-kakinya.
Kami merasakan suspensi belakang agak keras, karena rebound yang terlalu cepat terutama saat melewati sambungan Jalan Tol MBZ, atau melibas jalan yang tidak rata.
Bahkan meskipun sasis, dan kaki-kaki dibuat rigid ternyata ketika melibas tikungan di kecepatan tinggi, sedikit terasa limbung dan ada gejala body roll, namun setelan power steeringnya bikin pengendara tetap percaya diri.
Selama pengujian kondisi jalan tergolong lancar meski beberapa kali stop and go saat di dalam kota, dan sesampainya di tempat makan yang menjadi lokasi pertama saat tiba di Kota Kembang, total perjalanan 155,5 km.
Konsumsi daya listrik Atto 3 dengan gaya berkendara kami tercatat 16,6 kWh per 100 km, artinya untuk berjalan 6 km hanya membutuhkan 1 kWh. Selama pengujian kami hanya menggunakan mode normal, dan eco.
Lantas berapa uang yang dikeluarkan untuk isi daya listriknya?