Banyaknya cadangan nikel di Indoensia menurutnya akan membawa malapetaka jika tidak disalurkan dengan benar, terlebih sejumlah pabrikan kendaraan sudah beralih menggunakan bahan besi untuk baterainya.
“Jadi dengan begitu gencarnya pembangunan smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, harga jatuh terjadi kondisi oversupply,” kata co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Cak Imin.
Namun pernyataan itu ditepis oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya harga nikel dunia selama 10 tahun terakhir 15 ribuan dollar Amerika, dan sekarang 12 ribuan dollar.
“Tom harus mengerti kalau harga nikel terlalu tinggi sangat berbahaya, kita belajar dari kasus cobalt 3 tahun lalu harganya begitu tinggi orang akhirnya mencari bentuk baterai lain, salah satu lahirnya lithium feeroposhphate itu,” ujar Luhut dikutip dari Instagram resminya, Kamis 25 Januari 2024.
Lebih lanjut Luhut menyebut jika harga nikel dibuat terlalu tinggi akan memaksa orang mencari alternative lain untuk mengembangkan baterai, tanpa kandungan bahan baku tersebut karena teknologi terus berkembang.
“Oleh karena itu kita cari keseimbangan benar supaya betul-betul barang kita itu masih dibutuhkan sampai beberapa belasan tahun yang akan datang, kita enggak tahu sampai berapa tahun,” tuturnya.
Namun LFP punya kelemahan, yaitu tidak ramah lingkungan karena proses daur ulangnya belum ada sampai saat ini. Berbeda dengan baterai lithium-ion berbasis nikel yang sudah bisa didaur ulang, atau dimanfaatkan kembali limbahnya.