Dalam keterangannya Wuling Motor sempat menjelaskan bahwa baterai jenis itu sudah lolos 16 model uji ketahanan pada beragam kondisi, dan situasi. Tes jatuh, rotasi berulang-ulang, kebakaran, rendaman air, benturan, hingga getaran untuk memastikan keamanannya.
Untuk uji ketahanan baterai dijatuhkan dari ketinggian satu meter. Kemudian, uji kecelakaan dengan percepatan hingga 28G, dari satu titik ke titik lainnya, dan flip test dengan rotasi berulang seperti pada kondisi mobil terbalik.
diuji dalam kondisi ekstrem lainnya, yakni situasi kebakaran. Pada pengujian ini, baterai berhasil melewati proses pembakaran pada suhu tinggi tanpa terjadi ledakan maupun kerusakan lainnya.
Kemudian, paket baterai juga telah melalui tes rendaman dalam air dengan hasil baik sehingga memperoleh sertifikasi IP67, tanpa adanya kebocoran untuk menjamin keamanan pada situasi hujan maupun banjir.
Tidak hanya itu, untuk melindungi baterai dari kondisi jalan yang tidak rata, baterai Air ev telah lulus uji getaran dengan frekuensi 24Hz selama tiga hari. Hal serupa juga dilakukan BYD di negara asalnya untuk produk-produk mereka.
Sedangkan mobil listrik yang menggunakan lithium-ion, dan nikel sebagai salah satu bahan baku baterainya adalah Hyundai Ioniq 5, dan Ioniq 6. Bahkan PT Hyundai Motor Indonesia sudah menggandeng LG, dan perusahaan BUMN membuat baterai berbahan nikel di Indonesia.
Menurut nickelinstitute,org, keuntungan utama penggunaan nikel dalam baterai membantu menghasilkan kepadatan energi yang lebih tinggi, dan kapasitas penyimpanan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah.