100KPJ

Penjualan Mitsubishi di 2023 Merosot, Gimana Peran XForce?

Share :

100kpj - Penjualan mobil Mitsubishi di Indonesia merosot sepanjang tahun lalu, baik secara retail (diler ke konsumen), atau wholesales (pabrik ke diler). Hal itu terlihat dari data Gabungan Industri Bermotor Indonesia (Gaikindo). Lalu gimana peran Mitsubishi XForce?

Penjualan mobil baru dari diler ke konsumen Januari-Desember 2023 hanya menorehkan angka 998.059 unit, menurun 1,5 persen atau 15.523 unit dari 2022. Ada sejumlah brand mobil penumpang yang secara jualan menurun, salah satunya Mitsubishi Motors.

Dari hasil retail tersebut, Mitsubishi berada diurutan ke-5 dari daftar merek terlaris, karena mobilnya dibeli konsumen sebanyak 81.792 unit, artinya brand berlogo tiga berlian itu disalip Suzuki yang menempati posisi ke-4 dengan capaian 82.244 unit.

Padahal 2022 penjualan mobil berlogo tiga berlian itu masih mencapai 97.936 unit, dibandingkan tahun lalu berarti ada penurunan sekitar 17 persen.

Mengingat permintaan pasar yang menurun, maka distribusi unit ke diler disesuaikan, maka angka wholesales-nya di tahun lalu hanya 77.416 unit, turun sekitar 22 persen dibandingkan sebelumnya yang masih 99.051 unit.

Demi mendongkrak penjualan di tahun lalu berbagai usaha sudah dilakukan MMKSI, salah satunya menghadirkan produk terbaru, yaitu Mitsubishi XForce. Mobil yang meramaikan ceruk pasar SUV kompak itu resmi meluncur Agustus 2023.

Menurut data Gaikindo penjualan XForce dari pabrik ke diler selama periode setengah tahun di 2023 hanya 2.723 unit. Dari angka tersebut, kontribusi terbesar tipe Ultimate CVT yang didistribusikan sebanyak 2.574 unit, dan Exceed CVT hanya 149 unit.

Ada beberapa faktor yang membuat penjualan mobil Mitsubishi merosot di tahun ini, salah satunya terkait ketatnya seleksi lembaga pembiayaan alias lising untuk pengajuan pembelian kredit, sehingga konsumen cukup sulit mengajukan kredit mobil Mitsubishi.

Manager of Sales Group PT MMKSI Tommy Adianto sempat mengatakan, bahwacada beberapa faktor yang menbuat penjualan menurun di tahun lalu, diantaranya kenaikan NPL (Non Performing Loan) untuk semua lembaga pembiayaan.

"Isu utamanya di tahun ini adalah NPL, jadi approval rate sulit, dan turun. Saya ketemu dengan leasing di Semarang, jadi efek pandemi itu di beberapa pengusaha penurunan omset dirasakan sekarnang bukan di tahun kedua, karena tahun kedua growth (ada diskon PPnBM). Justru sekarang efeknya kenapa jadi perlambatan," ujarnya beberapa waktu lalu.

Namun di tengah penurun penjualan, menurutnya ada hal menarik menjelang Pemilihan Presiden, alias Pilpres 2024, meski sebagian menahan untuk melalukan pembelian, tapi pembelian secara tunai meningkat hal itu terjadi di beberapa diler Mitsubishi.

"Mengenai Pilpres, kita wait and see. Yang jadi aneh, sekarang itu banyak hal-hal unik, tiba-tiba banyak orang datang dealer, beli kendaraan dalam bentuk cash. Entah untuk jadi kepentingan partai atau yayasan. Fenomena itu terjadi menjelang pemilu setiap lima tahun," tuturnya.

Sementara, terkait tingginya kredit macet yang membuat lising membuat aturan lebih ketat karena belajar dari kasus di beberapa daerah, menurutnya banyak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) merambat ke banyak provinsi.

"Sudah terjadi di Sumatra itu perlu diwaspadai, karena ini jadi lahan bisnis. Konsumen yang punya nama baik dipinjam namanya dan dikasih uang,. Isu itu terasa sekali sehingga kondisi market otomotif sedikit terkontraksi. Daya beli middle up mungkin tidak terganggu, tapi banyak yang upgrade," sambungnya.

Share :
Berita Terkait