100kpj – Ambisi Indonesia menjadi raja kendaraan listrik sepertinyaakan terwujud, satu per satu negara mulai setuju untuk menerima impor baterai kendaraan listrik buatan lokal, setelah Amerika Serikat, kini giliran Australia.
Saat kunjungan ke Jakarta, Menteri Industri dan Ilmu Pengetahuan Australia, Ed Husic telah menandatangani nota kesepahaman, alias MoU untuk mekanisme kolaborasi kendaraan listrik dengan Indonesia.
Kesepakatan tersebut disaksikan Menteri Koordinator Ad Interim Bidang Kemaritiman dan Investasi Erick Thohir. Kedua negara ingin saling menguntungkan dalam bidang manufaktur baterai, proses mineral, dan aspek lain.
“Australia dan Indonesia menyadari potensi luar biasa dari kendaraan listrik, dan manufaktur baterai, dan itulah mengapa pengumuman hari ini sangat menarik,” ujar Ed Husic dikutip dari keterangan resmi Kedutaan Australia di Indonesia, Senin 27 November 2023.
Berdasarkan pengaturan mekanisme tersebut, kedua negara akan bekerja sama dalam memetakan rantai pasokan kendaraan listrik, melakukan studi ilmiah dan penelitian bersama, serta membina hubungan bisnis-ke-bisnis yang baru.
“Dengan berkolaborasi dalam menumbuhkan rantai pasokan energi bersih yang kuat dan beragam, kedua negara dapat memajukan kepentingan ekonomi bersama serta hubungan perdagangan dan investasi,” tuturnya.
“Mekanisme ini juga membuka jalan untuk memanfaatkan studi ilmiah dan penelitian bersama, termasuk seputar pemrosesan mineral penting, dan pengembangan baterai, serta memfasilitasi kemitraan antar bisnis di kedua negara,” sambungnya.
Sejak tahun lalu, tepatnya pada Konfrensi Tingkat Tinggi, atau KTT B20 Summit, 14 November 2022, Presiden Jokowi melobi langsung Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese untuk kirim lithium ke RI.
“Saya hanya menawarkan kepada Perdana Menteri Anthony Albanese, di Australia ada lithium, kita punya nikel. Kalau digabung sudah jadi baterai mobil listrik,” ujar Jokowi dalam pidato sambutannya.
Namun mantan Gubernur DKI itu tidak ingin jika pembuatan baterai itu dilakukan di negeri kanguru, melainkan bahan dasar tersebut dibawa ke Tanah Air untuk diproduksi demi percepatan kendaraan listrik secara global.
“Tapi saya minta kepada Perdana Menteri Albaneese untuk lithium-nya bisa dibawa ke Indonesia saja, kita bersama-sama melakukan hilirasi di Indonesia,” tutur Jokowi.
Kemudian pada 7 Juli 2023 di Sydney, Indonesia sepakat untuk recana aksi implementasi kendaraan listrik antara Pemerintah Negara Bagian Western Australia, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Rencana aksi untuk mendetailkan implementasi MoU berkaitan pengelolaan bahan mineral penting, yang telah ditandatangani pada tanggal 21 Februari 2023 lalu di Perth, Australia, oleh Ketua KADIN Arsjad Rasjid dan Deputy Premier Hon Roger Cook MLA.
Duta Besar Indonesia Canberra Siswo Pramono sempat mengatakan, kemitraan antara Indonesia dan Western Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral penting, mengingat Australia Barat memiliki cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik.
“Australia akan menjadi pemasok lithium, dan Indonesia akan menjadi pemasok Nikel, di mana keduanya merupakan komponen utama dalam produksi EV," kata Pramono.
Sepertinya hasil kolaborasi tersebut, Indonesia dan Australia akan sama-sama membuat baterai kendaraan listrik dengan subsidi silang bahan baku, dan di ekpor ke sejumlah negara.