100kpj - Jalan Tol Jakarta-Cikampek Elevated II, atau lebih dikenal Jalan Layang MBZ yang beroperasi sejak beberapa tahun lalu seharusnya pakai kontruksi beton, namun karena dikorupsi diganti baja agar dapat keuntungan besar.
"Rencananya memang diawal pakai beton, kemudian diubah menjadi baja," ujar Kasubdit TPPU Direktorat Penyidikan Jampidsus, Haryoko Ari Prabowo baru-baru ini.
Tidak dijelaskan sosok yang punya ide mengubah spesifikasi tersebut. Sebelumnya Kejaksaan Agung menetapkan tiga tersangka, yaitu mantan Direktur Utama PT Jasa Marga Jalan Layang Cikampek (JCC) periode 2016-2020, Ketua Panitia Lelang, dan Tenaga Ahli Jembatan PT LAPI Ganeshatama Consulting.
Kasus korupsi dengan mengubah bahan baku itu merugikan negara triliunan rupiah, lantas apakah aman Tol MBZ dilewati sampai beberapa tahun ke depan?
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, tidak ada masalah kontruksi Tol MBZ menggunakan baja, karena beberapa Tol layang menerapkan bahan serupa.
Dia mencontohkan Tol Layang Tomang, Jakarta Barat, dan Tol Layang Jakarta Outer Ring Road, atau Cikunir- Ulujami menggunakan pondasi baja, bukan beton, sampai sekarang masih beroperasi, dan tidak ada masalah.
"Menurut kami dari Kementerian PUPR itu (baja atau beton) enggak ada resiko. Sudah diuji oleh Komite Keamanan Jembatan Panjang, dan Terowongan Jalan. Kalau teknis tidak ada masalah," ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Rabu 22 November 2023.
Pada 2021 nama Jalan Layang Jakarta-Cikampek itu berubah menjadi MBZ, atau Sheikh Mohamed Bin Zayed, sebagai penghormatan kepada Uni Emirat Arab (UEA), yang menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia selama 45 tahun.
Jalan tol layang terpanjang di Indonesia itu membentang dari wilayah Junction Cikunir hingga Karawang Barat. Melintasi beberapa bangunan perlintasan eksisting berupa Overpass, Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), atau simpang susun.
Ruas Tol Japek II Elevated sebagai jalan layang terpanjang bertingkat, karena dibangun di atas Jalan tol Jakarta-Cikampek.
Adapun tujuan dibangunnya jalan layang yang telah menelan investasi Rp16,2 trilun itu untuk mengurangi kemacetan. Karena memisahkan pergerakan komuter jarak pendek Jakarta-Bekasi-Cikarang (lajur kolektor/eksisting) dengan pergerakan jarak jauh tujuan Cirebon, Bandung, Semarang, dan Surabaya (lajur ekspres/layang), khususnya golongan I non-bus.