100KPJ

Petinggi Mobil Listrik Toyota Kagum Sama BYD, Mau Pensiun Tinggal di China

Share :

100kpj – China menjadi negara paling banyak melahirkan kendaraan listrik dengan sumber daya alam yang memadai untuk pembuatan baterai, dan keperluan lainnya. Salah satu merek ternama dari negara itu adalah BYD.

Build Your Dream, atau BYD didirikan Wang Chuanfu pada 1995 bermarkas di Shenzhen, Guangdong, China. Memasuki 2003 jenama asal tirai bambu itu mulai produksi kendaraan setelah mengakuisisi Qinchuan Automobile Company.

Sebelumnya perusahaan itu memang meracik baterai, dan panel surya, hingga akhirnya melebarkan sayap dengan produksi kendaraan listrik yang meliputi mobil pribadi, bus, truk, sepeda listrik, hingga alat berat seperti forklift.

Di Indonesia meski belum resmi hadir, namun beberapa produknya sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan, tercatat ada dua model sebagai armada taksi Blue Bird, dan bus listrik TransJakarta yang dirakit PT VKTR.

Saat ini BYD berkolaborasi dengan sejumlah brand, salah satunya Toyota Motor Company untuk pengembangan mobil listrik di China, diawali dari Toyota bZ3 yang masih berjalan sampai saat ini.

Di tengah kerja sama tersebut, petinggi pabrik mobil listrik Toyota melakukan kunjungan ke markas BYD, dan dia kagum melihat pertumbuhan industri otomotif Tiongkok, terutama di era ramah lingkungan saat ini.

“Untuk pertama kalinya, saya berhadapan langsung dengan daya saing komponen China. Merka tidak hanya belajar, dan menerapkan teknologi, melainkan mentranformasi manufaktur dengan cepat,” ujar Presiden Pabrik Battery Electric Vehicle Toyota, Takero Kato, dikutip Toyota Times, Selasa 21 November 2023.

Kolaborasinya dengan BYD tentu untuk mempercepat Toyota menghadirkan kendaraan listrik di pasar global, memanfaatkan baterai blade racikan brand tersebut yang dikombinasikan pakai platform e-Toyota.

Baterai yang disebut blade itu dikembangkan dari lithium iron phosphate yang memiliki bentuk lebih ramping sehingga mendapatkan ruang lebih banyak, dan jarak tepuhnya bisa sejauh 600 km, tergantung dari permintaan pabrikan.

Pesatnya pertumbuhan teknologi industri otomotif Tiongkok sempat membuat Kato khawatir, terutama untuk merek Jepang. Namun di tengah kegaumannya tersebut, dia ingin setelah pensiun untuk tinggal di negara tersebut.

“Melihat peralatan yang belum pernah saya lihat di Jepang dan manufaktur mereka yang canggih, saya dikejutkan oleh rasa krisis. Kita dalam masalah! Pada saat yang sama, saya mulai berpikir bahwa saya ingin menghabiskan sisa karier saya di China," tuturnya.

Share :
Berita Terkait