100kpj – Untuk menuju netralitas karbon, atau dekarbonisasi ada banyak cara yang bisa dilakukan pabrikan kendaraan. Mengingat sumber energi terbarukan bukan hanya melalui listrik, namun masih ada hidrogen.
Meski secara global kendaraan listrik dianggap niscaya menekan emisi karbon dari mesin kendaraan yang menggunakan minyal fosil, namun Toyota punya alternatif lain, yaitu memanfaatkan hidrogen, atau zat air.
Saat ini Toyota Motor Corporation sudah memiliki beberapa mobil hidrogen, baik masih dalam bentuk konsep, ataupun sudah dipasarkan layiknya Toyota Mirai.
Melihat pabrikan, atau produsen lain belum terlalu tertarik mengembangkan mobil hidrogen, maka peluang itu dilirik Toyota terutama untuk Indonesia. Ada sinyal teknologi air itu akan dibawa ke pasar domestik.
Sebelum tahap penjualan, memerlukan proses studi yang panjang. Namun langkah awal itu sudah dilakukan PT Toyota Indonesia Motor Manufacturing (TMMIN) dengan menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM).
Toyota Mirai lansiran 2019 dipamerkan saat seminar bersama kementerian terkait di perguruan tinggi yang berlokasi di Yogyakarta itu, diduga sedan hidrogen tersebut menjadi objek penilitian di tahap selanjutnya.
Presiden Direktur PT TMMIN, Nandi Julyanto mengatakan, pemanfaatan multi teknologi dari berbagai sumber energi yang berfokus pada reduksi emisi, menjadi keniscayaan mengejar net zero emission pada 2060.
“Terutama di sektor transportasi yang digadang-gadang menjadi salah satu fokus utama dalam dekarbonisasi,” ujar Nandi dikutip dari keterangannya, Kamis 9 November 2023.
Memanfaatkan hidrogen sebagai sumber energi juga sejalan dengan target sektor manufaktur agar lebih ramah lingkungan yang ditentukan Kementerian Perindustrian pada 2050, atau 10 tahun lebih dini dari rencana awal.
Selain itu Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya dan Mineral) menjalankan program Renewable Energy Based in Industrial Development (REBID) dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air, surya, panas bumi, biomassa, dan hidrogen.
Artinya bukan zat air yang menjadi energi itu bukan hal baru di Indonesia, bahkan cadangannya cukup besar jika dimanfaatkan secara maksimal. Tidak heran jika Toyota tertarik melakukan pengembangan di dalam negeri.
Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam mengatakan, mengejar netralitas karbon ada tiga ekosistem, yaitu biofuel, baterai, hidrogen. Untuk hidrogen saat ini dikelola Pertamina, PLN, Pabrik Pupuk, dan Samator.
“Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau agar tak tertinggal dengan kompetisi global dan tak lain kita segera wujudkan demi generasi kini hingga anak cucu kita di masa depan,” tutur Bob Azam.
Energi hidrogen di Indonesia berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua. Pemerintah mengklaim Indonesia memiliki potensi memproduksi listrik dari energi terbarukan itu dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW), dan baru dimanfaatkan sekitar 12,5 GW.
Sehingga pemerintah optimis dapat menambah produksi listrik dari energi terbarukan hingga mencapai 21 GW sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN, pada 2021 – 2030. Bahkan Singapura telah menyatakan menyerap hidrogen hijau produksi Indonesia untuk kebutuhan domestiknya.
Teknologi hidrogen pada Toyota Mirai juga sedang diteliti, dan dipamerkan di xEV Center TMMIN, Karawang, Jawa Barat. Sedan itu dirancang dengan dinamo listrik, dan berbahan bakar hidrogen yang sudah memasuki generasi kedua. Selain Mirai, Toyota Indonesia sempat memamerkan Corolla Cross Hydrogen konsep pada Agustus 2023.