100kpj - Presiden Jokowi akan memanfaatkan rumput laut sebagai bahan dasar bioetanol. Artinya tumbuhan yang berada di bawah air tersebut menjadi alternatif kedua setelah tebu sebagai campuran bahan bakar.
Seperti diketahui untuk menuju ramah lingkungan, ada berbagai cara yang bisa dilakukan dalam menekan emisi dari mesin pembakaran. Selain mengandalkan tenaga listrik, cara lainnya adalah mengubah kandungan bahan bakar.
Mengubah kandungan bahan bakar yang dimaksud mencampurkan minyak fosil dengan minyak nabati, atau dari tumbuh-tumbuhan. Cara itu sudah dilakukan di berbagai negara di belahan dunia, termasuk Indonesia.
PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu yang menawarkan bahan bakar minyak, atau BBM jenis tersebut, dimulai dari Bio Solar. Campuran solar dengan prementasi dari kelapa sawit, atau minyak nabati.
Setelah sukses membuat BBM untuk mesin diesel, perusahaan milik negara tersebut kembali merilis bahan bakar bioetanol, atau untuk mesin bensin dengan mencampurkan Pertamax dengan sari tebu sebesar 5 persen, yang disebut Pertamax Green 95.
Cara tersebut bukan sekadar untuk menekan emisi yang dihasilkan secara utuh dari bahan dasar minyak fosil, melainkan menekan impor bahan bakar minyak.