100kpj – Kendaraan listrik dianggap salah satu solusi menekan emisi karbon. Selain itu, penggunaan tenaga listrik dapat meminimalisir eksploitasi minyak fosil yang semakin menipis, sebagai bahan dasar bahan bakar.
Secara global kendaraan yang mengandalkan baterai, dan dinamo sebagai sumber penggeraknya itu digaungkan sebagai alternatif penurunan polusi. Maka setiap pabrikan berlomba-lomba membuat produk sejenis.
Kendaraan listrik yang beredar di belahan dunia sudah meliputi mobil pribadi, motor, bus, truk, hingga heavy duty. Namun bagi sebagian brand, kendaraan listrik bukanlah bisnis yang menjanjikan di masa depan.
Bahkan bukan menjadi solusi seutuhnya mengurangi emisi karbon dari mesin pembakaran. Hal itu dikeluhkan oleh dua brand raksasa asal Jepang, yaitu Honda Motor Co. Ltd, dan Toyota Motor Corporation (TMC).
Melalui laporan bebeapa media asing saat pameran Japan Mobility Show yang berlangsung di Tokyo Big Sight, baru-baru ini, Chairman TMC, Akio Toyoda menyebut bahwa banyak alternatif untuk mencapai netralitas karbon.
Menurutnya bukan hanya kendaraan listrik yang mampu menekan emisi, namun ada banyak energi terbarukan sebagai jawaban itu. Saat ini Toyota sudah melahirkan mobil tanpa emisi melalui hydrogen, hingga amonia.
“Masyarakat akhirnya melihat kenyataan (bukan cuma listrik), ada banyak cara untuk mencapai netralitas karbon,” ujar Toyoda.
Toyota bukan hanya mengandalkan hydrogen, dan tenaga listrik untuk menuju era ramah lingkungan, namun mereka juga sudah menjual mobil dengan teknologi mesin yang bisa meminum 100 persen etanol.
Tidak berhenti sampai di situ, saat ini Toyota bersama brand mobil asal China, yaitu GAC sedang mengembangkan mesin internal yang dapat memakan amonia, terinspirasi dari industri maritim sebagai alternative diesel untuk kapal, dan container.
Merangkum dari beberapa sumber, ada banyak sumber yang bisa menghasilkan amonia atau senyawa kimia berupa gas dengan bau yang tajam tersebut, salah satunya berasal dari sisa kotoran binatang.
Enjin Toyota bersama GAC yang bisa mengkonsumsi amonia itu baru satu jenis, yaitu empat silinder berkapasitas 2.000cc diklaim memiliki tenaga maksimal 158 dk, dan diklaim dapat mengurangi emisi karbon hingga 90 persen,
Artinya jauh lebih baik dari teknologi hybrid yang mengkombinasikan mesin bensin, dan tenaga listrik.
Berbeda dengan Honda, jenama asal negeri sakura itu mengeluh karena kendaraan listrik bukan bisnis yang menguntungkan di masa depan, atau saat ini. Terbukti dari populasi, dan peminatnya di sejumlah negara.
Chief Executive Officer Honda Moto Co,Ltd, Toshihiro Mibe mengakui bahwa akan sulit menjalankan bisnis jika brand seutuhnya mengandalkan tenaga listrik murni, berbasis baterai, dan membutuhkan dana investasi yang besar.
“Akan sulit sebagai sebuah bisnis (kendaraan listrik),” kata Toshihiro Mibe dilansir Bloomberg.
Meski begitu, Toyota dan Honda juga cukup fokus mengembangkan kendaraan listrik hingga berkolaborasi dengan sejumlah brand otomotif, hingga perusahaan teknologi, dan mereka punya target berbeda-beda.