Namun ketika cruising di jalan mendatar, atau sedikit menurun, indikator EV di panel instrumen yang menunjukkan mobil seutuhnya bergerak pakai tenaga listrik terkadang hidup, meski kecepatan mobil di atas 40 km per jam.
Saat bergerak seutuhnya pakai tenaga listrik, torsi dari dinamonya 335 Nm. Lalu memasuki Tol Bali Mandara kami coba kecepatan 60-80 km per jam, dan secara otomatis enjin bantu dua dinamonya menggerakkan roda depan.
Tapi kombinasi sistem penggerak itu tidak kami rasakan, ketika kondisi baterai tidak memadai untuk mengalirkan daya listrik, dan bisa terjadi ketika kami berkendara tanpa kecepatan yang konstan atau selalu di rpm tinggi.
Mengingat kapasitas baterai di bagian bawah bagasi belakang yang kecil, yaitu 1,06 kWh. Maka arus listrik yang masuk, dan keluar sangat cepat. Pengisiannya pun tergolong instan tidak butuh waktu lama.
Mesin berbahan bakarnya seakan-akan menjadi generator untuk mengisi daya listrik ke baterai, saat melepas pedal gas setelah kecepatan tinggi, atau deselerasi, serta menekan pedal rem usai mobil berjalan.
Menariknya paddle shift yang biasanya digunakan untuk mengoper gigi agar terasa mobil matik seperti manual, namun di CR-V e:HEV fungsinya berbeda. Paddle shift yang berada di balik kemudi untuk membantu daya pengereman yang lebih kuat saat deselerasi, sehingga mempercepat pengisian daya baterai.