100kpj – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan akan mempertimbangkan beri insentif tambahan untuk mobil hybrid. Yang mana dihitung berdasarkan emisi yang dihasilkan.
Bentuk insentif ini sedang dirumuskan, tetapi semakin rendah emisi maka insentif dapat semakin besar. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, Taufiek Bawazier.
"Posisi Indonesia masih ditunjang industri yang berbasis ICE. ICE ini bukan berarti dia tidak berkontribusi menurunkan karbon, di sinilah tekanan dunia untuk menurunkan karbon melalui inovasi teknologi," ungkap Taufiek Bawazier, Selasa 8 Agustus 2023.
"Kita lihat muncullah hybrid, teknologi baterai, oleh karena itu saya katakan bahwa otomotif dunia ini dalam suatu ruang kompetitif dalam mencapai carbon reduction," lanjutnya.
Seperti diketahui, insentif bagi mobil hybrid, walau menggunakan baterai listrik, lebih sedikit dari mobil listrik. Di mana, PKB dan BBNKB mobil hybrid sama seperti mobil bermesin pembakaran internal, yakni 12,5 persen dan 1,75 persen, sehingga totalnya mencapai 14,25 persen.
Sedangkan tarif PPnBM mencapai 6 persen, sesuai PP 74 tahun 2021. Sementara mobil listrik berbasis baterai mendapat PPnBM, PKB, dan BBNKB 0 persen. Selain itu, kendaraan tersebut mendapatkan diskon pajak pertambahan nilai (PPN) 10 persen menjadi 1 persen dari yang semula 11 persen.
Tanggapan Gaikindo
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menyebut, pengembangan EV memang digadang-gadang sebagai salah satu upaya untuk menuju net zero emission.
“Namun, menuju net zero emission tidak semata hanya menggunakan EV. Untuk EV pun ada tahapan, pilihan yang disediakan mulai dari HEV, PHEV hingga BEV dan alternatif lain seperti fuel cell electric vehicle,” katanya.
Berdasarkan data Gaikindo pada 2022, penjualan kendaraan elektrifikasi melonjak mencapai 10 ribu unit dan diperkirakan akan terus meningkat. Namun, harga masih jadi pertimbangan bagi masyarakat.
Maka itu, harus ada banyak pilihan bagi masyarakat lantaran tujuan utama yang disasar adalah penurunan emisi. Kukuh menyebut selama ini Indonesia sudah mengenal etanol, biofuel, dan biosolar.
“Menuju net zero emission atau dekarbonisasi tidak semata bergantung pada EV tapi di Indonesia kita ada beberapa pilihan yang lain,” kata Kukuh.