100kpj – Chery Omoda 5 menjadi pendatang baru di kelas SUV kompak. Mobil rakitan lokal yang dipasarkan PT Chery Sales Indonesia itu menawarkan segudang fitur yang lebih canggih dibandingkan mobil sekelasnya.
Untuk mengetahui kelebihan, dan kekurangan Chery Omoda 5, kami mencobanya selama 3 hari. Kebetulan unit yang digunakan varian tertinggi, yaitu RZ dengan banderol Rp404,800 juta on the road Jakarta.
Fitur dan Teknologi
Meski harga lebih murah dari Honda HR-V RS Turbo, tapi teknologi keselamatan, dan sistem hiburan lebih memadai. Omoda 5 dilengkapi ADAS (Advanced Driving Assistance System), dan Intelligent Voice Control. Berkat teknologi ADAS kami sangat dipermudah, dan dibuat lebih aman saat berkendara.
Misalnya, di tengah kemacetan, ketika sensor sudah membaca marka jalan dengan baik mobil sudah siap berjalan otomatis. Indikator dua garis hijau sudah terlihat di panel intrumen, artinya mobil sudah siap berjalan tanpa perlu kendali sopir. Setelah itu pengemudi hanya mengatur jarak aman dengan kendaraan di depan, serta kecepatannya.
Secara otomatis Omoda 5 mengikuti pergerakan kendaraan di depan saat kondisi macet, sehingga kami tidak perlu capek untuk menginjak pedal gas, pedal rem, dan menggenggam setir ketika stop and go. Mobil berjalan mengikuti kendaraan di depan, melakukan pengereman saat kendaraan di depan berhenti, dan setir bergerak sendiri.
Namun dalam beberapa detik muncul indikator bahwa setir harus kembali dipegang. Sehingga kami tidak terlena membiarkan mobil berjalan sendiri, dan menjadi lebih aman karena setiap tekonologi semi autonomous punya level berbeda-beda.
Fitur yang bertugas saat mobil berjalan tanpa kendali sopir cukup banyak, meliputi lane departure warning, emergency lane keeping, adaptive cruise control wih low speed follow, front collision warning with vehicle identification, traffic sign recognition, car lead departure sign, dan integrated cruise assist.
Selain itu ada autonomous emergency braking untuk pengereman otomatis ketika pengemudi lengah, dan itu kami rasakan saat terlalu dekat dengan mobil di depan namun pedal gas belum diinjak, namun cukup kasar, karena kaliper mengigit sepenuhnya piringan cakram sehingga mobil mendadak berhenti.
Fitur-fitur tersebut juga aktif tanpa kontrol manual, salah satunya ketika mobil sedikit menginjak garis marka jalan, setir secara mengejutkan memberikan perlawanan untuk menggeser mobil agar kembali ke tengah. Fitur lainnya di dalam ADAS, terdapat rear cross traffic alert, sehingga ketika mobil mundur dari area parkir misalnya, dan tiba-tiba ada kendaraan, atau objek melintas yang mendekati mobil akan muncul peringatan.
Kemudian blind spot warning yang membantu saat kami tidak bisa melihat kendaraan mendekat ke bagian samping mobil saat berkendara. Yang tidak kalah menarik, Omoda 5 punya lampu utama yang sangat canggih. Seperti mobil premium harga miliaran rupiah, lampu depan yang sudah projector LED ternyata mengikuti pergerakan setir.
Kami tahu itu ketika di lahan parkir yang cukup minim cahaya, dan setir kami gerakkan. Lampu bergerak ke kanan, dan ke kiri mengikuti kemudi, hal itu berkat dukungan intelligent high-beam control headlamp. Lalu intensitas cahaya menyesuaikan kondisi, dan tidak menyilaukan pengguna jalan lainnya saat berpapasan. Omoda 5 juga dilengkapi fitur perintah suara, atau Intelligent Voice Control.
Tapi masih berbahasa Inggris, belum Indonesia seperti Wuling Alvez atau Almaz RS. Sistem kerjanya juga serupa, di awal perlu mengucapkan ‘Hello Chery’. Setelah itu, kami bisa memerintahkan mobil tersebut untuk buka sunroof, mengatur suhu AC, buka jendela, mengatur volume, dan lain-lain hanya dengan ucapan, dan cukup sensitif Kemudahan lainnya, kami temui ketika ingin berbelok, atau berpindah jalur.
Saat sein hidup, secara otomatis kamera 360 derajat panoramic aktif menampilkan kondisi di luar mobil secara utuh di layar head unit 10,25 inci. Fitur tersebut juga membantu di lahan parkir yang cukup sempit, sehingga kami bisa melihat semua bagian mobil, dan kamera itu mulai aktif ketika mobil mundur, atau posisi tuas transmisi di R.
Lagi-lagi yang bikin kami kagum, ketika turun dari mobil saat kondisi minim cahaya seperti di basement, atau malam hari muncul tulisan Omoda di lantai, atau aspal yang dipancarkan dari spion kanan, dan kiri sebelum terlipat. Karena ketika kami meninggalkan mobil, tanpa perlu menekan tombil kunci di remot smart keyless, dalam jarak beberapa meter terkunci otomatis, dan spion terlihat.
Tidak ada yang istimewa sih di sini. Namun jika kondisi sebaliknya, kami terasa disambut mobil. Karena lampu DRL (daytime running light) LED yang sekaligus sein hidup dari kanan ke kiri, berganti cahaya putih ke kuning, sama dengan lampu belakang, tidak ketinggalan tulisan Omoda muncul, karena spion sudah terbuka.
Handling, Performa, dan Kenyamanan
Posisi berkendara dengan tinggi 175 cm mendapatkan visibilitas baik walaupun sedikit serius, posisinya tetap tinggi ciri kas khas SUV, di mana kap mesin masih bisa terlihat, dan pandangan luas ke kanan, atau ke kiri.
Pengaturan jok sopir juga sudah elektrik, pun dengan penumpang depan, menariknya setir sudah tilt steering, dan telescopic, maka sangat memudahkan pengendara untuk mencari posisi nyaman sesuai posturnya.
Model jok semi bucket yang dibalut bahan semi kulit, tanpa head rest terpisah masih tergolong nyaman, pas di badan. Tapi untuk berpergian jarak jauh sepertinya agak terasa pegal karena busa yang cukup keras.
Omoda 5 dibekali mesin bensin 4 silinder 1.500cc denan induksi turbo yang dapat memuntahkan tenaga 145 dk, dan torsi 230 Nm. Di atas kertas masih lebih bertenaga HR-V Turbo, yaitu 174,5 dk dan torsi 240 Nm.
Meski begitu, kami merasakan putaran bawah mesin SUV buatan brand Tiongkok itu cukup responsif jika menggunakan mode Sport, begitupun memasuki kecepatan tinggi akselerasinya lumayan terasa, namun kami tidak merasakan dorongan tenaga tambahan dari turbo yang dimilikinya.
Ciri khas transmisi matik CVT tentu memberikan raungan mesin yang berlebihan dari putaran bawah, dan tenaga meningkat secara linear, meski memiliki 9-percepatan tidak terasa perpindahan giginya dari bawah sampai atas.
Saat bermanuver di kecepatan tinggi tidak terasa gejala body roll, meski agak sedikit limbung dalam kondisi tertentu. Suspensi memberikan peredaman cukup baik di jalan mulus, tapi dipermukaan tidak rata bantingannya cukup keras.
Berbeda ketika Eco mode kami aktifikan, enjin menjadi kurang responsif. Laju mobil terasa agak berat, meski pedal gas kami injak dalam-dalam.
Sepertinya ECU (Electronic Control Unit) embatasi asupan bahan bakar ke ruang pembakaran, sesuai settingan di TPS (Throttle Position Sensor). Alhasil menjadi lebih irit, namun konsekuensinya tarikan lebih lemot.
Konsumsi BBM, dan kepraktisan
Selama 3 hari menggunakan Omoda 5 kami lebih sering menggunakan mode ECO, dengan kondisi jalan campuran, di dalam kota stop and go, dan lancar jaya di jalan tol dengan kecepatan yang terbilang konstan.
Konsumsi bahan bakar yang kami dapat dengan jarak tempuh 117 kilometer, tanpa penumpang, dan barang bawaan, catatan di layar MID (Multi Information Display) 8,9 liter per 100 km, atau setara 11,2 km per liter.
Secara dimensi Omoda 5 memiliki panjang 4.400 mili meter, lebar 1.830 mm, dan tinggi 1.588 mm, secara panjang, dan lebar lebih bongsor dibandingkan HR-V, Creta, atau Yaris Cross. Sehingga ruang kabin penumpang lebih lega, begitu juga bagasi belakang.
Bahkan untuk memasukkan barang bawaan di bagasi belakang, tidak perlu menekan tombol apapun, karena saat kami mendekat di bagian belakang mobil, secara otomatis bagasi terbuka.
Tapi karena tidak terlalu tinggi, dan pilar C dibuat menukik atau lebih rendah seperti mobil coupe maka ruang kepala penumpang bangku baris kedua cukup sempit, terlebih bagi mereka yang tingginya 180 cm ke atas.