100kpj – Untuk menuju ramah lingkungan, ada berbagai cara yang bisa dilakukan dalam menekan emisi dari mesin pembakaran. Selain mengandalkan tenaga listrik, cara lainnya adalah mengubah kandungan bahan bakar.
Mengubah kandungan bahan bakar yang dimaksud mencampurkan minyak fosil dengan minyak nabati atau dari tumbuh-tumbuhan. Cara itu sudah dilakukan di berbagai negara di belahan dunia, termasuk Indonesia.
PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu yang menawarkan bahan bakar minyak, atau BBM jenis tersebut dengan nama Bio Solar. Campuran solar dengan prementasi dari kelapa sawit, atau minyak nabati.
Artinya BBM tersebut hanya untuk mesin diesel, oleh sebab itu tahun ini perusahaan milik negara tersebut akan meluncurkan bioetnaol terbaru untuk mesin bensin.
Cara tersebut bukan sekadar untuk menekan emisi yang dihasilkan secara utuh dari bahan dasar minyak fosil, melainkan menekan impor bahan bakar minyak.
Direktur Utama Pertama Nicke Widyawati mengatakan, transsisi energi bukan hanya menurunkan emisi karbon dari mesin pembakaran kendaraan bermotor, namun untuk menekan ketergantungan bahan bakar dari fosil.
Bukan hanya itu, manfaat lainnya menggunakan bioetanol karena menurutnya Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama tumbuhan yang bisa digunakan sebagai campuran BBM ramah lingkungan.
“Bulan ini kami launching produk baru dari bioetanol. Pertamax kami campur dengan etanol atau molases dari tebu,” ujar Nicke kepada wartawan, dikutip, Jumat 9 Juni 2023.
Dia menjelaskan, tidak ada yang dirugikan dari proses pembuatan BBM baru tersebut, karena Pertamina hanya mengambil sedikit dari tetesan tebu untuk bahan bakar, sehingga tidak ada kesenjangan dengan produsen gula.
Sebelumnya, secara bertahap perusahaan plat merah tersebut menjual bioetanol dari solar dengan campuran 10 persen minyak dari kelapa sawit hingga akhirnya tahun ini mencapai 35 persen, atau disebut B35.
Peningkatan campuran minyak nabati pada solar menjadi B35 itu diharapkan bisa terjual 13,15 juta kiloliter biodiesel bagi inudstri dalam negeri. Selain itu menghemat devisa sebesar 10,75 miliar dolar, atau setara Rp161 triliun.
Selain itu meningkatkan industri hilir sebesar Rp16,76 triliun. Terkait manfaatnya bagi lingkungan, masih daam keterangan resminya, B35 diklaim dapat mengurangi emisi karbon sebesar 34,9 juta ton CO2.