Pabrik tersebut saat ini sudah memproduksi beberapa produk dengan mesin konvensional, diawali dari DFSK Glory 580, dan Glory 560. Kapasitas produksinya 50 ribu unit per tahun, dan diklaim bisa diatur sesuai kebutuhan.
Didukung teknologi robotik yang sudah meencapai 90 persen untuk proses produksi, dan cara kerjanya bisa diatur otomatis dengan jaringan internet. Penggunaan teknologi itu untuk memaksimalkan kualitas sumber daya manusia.
Perpaduan robot, dan tenaga manusia itu juga dapat menghasilkan kendaraan listrik yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Dalam keterangannya, pembuatan mobil tanpa emisi itu sudah diproyeksikan beberapa tahun ke depan.
“Pemanfaatan fasilitas perakitan DFSK di Cikande akan membuat harga jual kendaraan listrik kami akan lebih terjangkau dari sebelumnya,” tuturnya.
Produsen mobil asal Tiongkok itu sudah menjual kendaraan listrik yang menyasar segmen komersial, melalui DFSK Gelora E dengan model blind van, dan mini bus. Harganya mulai Rp484 juta dengan status impor dari China.
Namun saat diproduksi di dalam negeri, maka banderol Gelora E itu dijanjikan bisa lebih terjangkau, karena memanfaatkan komponen lokal.
“Selain itu penggunaan komponen lokal untuk meningkatkan TKDN akan memberikan stimulus bagi industri pendukung otomotif,” sambungnya.