Tenaga maksimal yang bisa disemburkan dari mesin tiga silinder itu 67 PS, dan torsi 90 Nm. Disalurkan melalui transmisi manual 5-percepatan, dan manual semi matik alias AGS, ke roda depan
S-Presso hadir sebagai pengganti Karimun Wagon R yang sudah disuntik mati untuk pasar Indonesia sejak tahun lalu. Meskipun sampai saat ini Karimun buatan lokal itu masih diproduksi untuk Bangladesh.
Memegang predikat mobil harga terjangkau, namun S-Presso tidak masuk dalam kategori LCGC (low Cost Green Car), mengingat statusnya impor, bukan diproduksi di dalam negeri. Lantas sebarapa banyak peminatnya?
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan S-Presso dari pabrik ke diler di September 2022 hanya 668 unit. Sedangkan pada Agustus masih menyentuh 754 unit, dan Juli 578 unit.
Secara keseluruhan pengiriman unit dari produsen ke jaringan diler selama tiga bulan mencapai 2.000 unit. Melebihi target dari yang ditentukan Head of Brand Development & Marketing Research 4W PT SIS, Harold Donnel.
"Penempatan harga S-Presso akan berselancar di pasar city car, dan LCGC, yang secara kontribusi market city car, dan LCGC sekitar belasan persen. Target penjualannya 2.300 unit, sampai akhir 2022 ini,” ujar Harold beberapa waktu lalu.
Namun secara jumlah lebih sedikit dibandingkan Karimun Wagon R saat masa kejayaannya, atau pertama kali muncul di pasaran. Dibandingkan Honda Brio Satya, Toyota Agya, dan Daihatsu Ayla, pencapaian S-Presso paling kecil.