100kpj – Perusahaan Umum (Perum) Damri siap mengganti armadanya dengan kendaraan ramah lingkungan. Perusahaan transportasi darat pelat merah itu akan menggunakan bus listrik untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-75, Damri kembali melakukan uji coba bus pelahap seterum buatan Edison Motors asal Korea Selatan yang merupakan hasil kerjasama dengan PT Energi Makmur Buana.
“Adanya kebijakan kendaraan listrik, kami siap mengimplementasikan secara luas lagi operasional bus listrik, dan menjawab tantangan masa depan,” ujar Direktur Utama Perum Damri Setia N Milatia Moemin.
Anak usaha milik negara itu juga melakukan kerjasama dengan PT Sokonindo Automobile sebagai produsen mobil DFSK. Tujuannya untuk uji coba Gelora E yang dilahirkan sebagai kendaraan komersial tanpa bensin.
Public Relation & Media Manager PT Sokonindo Automobile Achmad Rofiqi mengatakan, sebelum digunakan sebagai armada barunya, Damri perlu uji coba Gelora E beberapa waktu ke depan agar sesuai dengan kebutuhan.
“Kami memiliki DFSK Gelora E yang sepenuhnya digerakan oleh tenaga listrik, dan nol emisi gas buang. Selain itu DFSK Gelora E juga memiliki utilitas yang tinggi, dan bisa digunakan untuk mendukung kegiatan usaha yang dijalan Damri,” ujar Rofiqi dikutip dari keterangan resminya, Jumat 26 November 2021.
DFSK Gelora E dapat mengangkut penumpang, atau barang untuk keperluan logistic. Memiliki dimensi panjang 4.500 mili meter, lebar 1.680 mm, dan tingginya 1.960 mm dengan panjang kabin 2,63 meter, dan luasnya 4,8 meter kubik.
Mobil pelahap seterum itu dipersenjatai baterai Lithium-ion berdaya 42 kWh yang diklaim mampu menempuh jarak 300 kilometer berdasarkan pengujian New European Driving Cycle atau NEDC.
Untuk pengisian dayanya hanya memerlukan waktu 80 menit dari kondisi 20 persen, sampai 80 persen menggunakan alat khusus atau fast charging.
Sedangkan untuk pengisian reguler, Gelora E memiliki sistem pengisian normal yang cocok untuk lingkungan listrik rumah tangga dengan daya rata-rata 220V 16A.
Jika dikalkulasikan, biaya yang perlu dikeluarkan sekitar Rp200 perak untuk jarak per kilometer, atau setara sepertiga lebih murah dari penggunaan kendaraan bermesin pembakaran.
Mengingat fungsinya sebagai kendaraan komersial, atau pengangkut barang maka didukung dengan tenaga yang mumpuni. Sehingga bisa diandalkan di berbagai situasi dengan torsi maksimum mencapai 200 Nm.