100kpj – Demi menguji ketangguhan Hyundai Palisade, PT Hyundai Motor Indonesia (HMDI) sebagai produsennya mengajak rekan-rekan media nasional, termasuk 100KPJ untuk mencoba langsung mobil termahal asal Korea Selatan tersebut.
Eksterior
Hyundai Palisade memiliki dimensi panjang 4.980 mili meter, agak pendek dibandingkan Mazda CX-9 yang panjangnya 5 meter. Sedangkan untuk lebarnya 1.975 mm, dan tinggi 1.750 mm.
Palisade merupakan nama salah satu desa di Amerika Serikat. Mobil dengan desain bodi yang berotot tersebut awalnya memang diperuntukan untuk Negeri Paman Sam. Maka tidak heran jika bentuknya dibuat garang, dan besar.
Grill depan mengadopsi bentuk trapesium dikombinasi aksen krom, peneraangan utamanya projektor LED tiga tingkat, dan untuk susunan paling bawah sebagai lampu jauh. DRL (Daytime Running Light) menyatu dari atas ke bawah.
Beralih ke bagian samping, lampu sein yang menyatu dengan spion membentuk huruf L. Mengingat unit yang kami coba varian tertinggi, atau Siganture AWD maka ukuran velgnya 20 inci, berbeda dengan tipe Prime yang ukurannya 18 inci.
Yang unik garis krom pada jendela dibuat terputus, alias tidak menyambung sampai ke pilar D atau kaca baris ketiga. Garis bodi di atas roda menonjol layiknya over fender, agar terkesan gagah tanpa tambahan bahan plastik yang berlebihan.
Masih sama dengan SUV pada umumnya, bagian atap dilengkapi roof rail. Sektor belakang, bagasi dibuat padat, kaca sudah dilengkapi defogger dan wiper. Lampu pengereman LED cukup lebar dengan aksen silver, dan punya dua lubang knalpot.
Interior
Ada 3 pilihan warna, black mono-tone, black-burgundy, dan navy-warm grey. Unit yang kami coba, door trim, dashboard dibalut kulit berwarna hitam, atap dan pilar berbahan beludru warna hitam, dan jok merah dibungkus bahan kulit Nappa.
Pengaturan jok pengemudi, dan penumpang depan elektrik, dan bisa disimpan melalui memori untuk posisi idaman. Sistem hiburannya cukup unik, head unit layar sentuh berukuran 8 inci memiliki yang dapat terhubung ke smartphone.
Namun frame head unitnya terlalu besar di dashboard, masih banyak ruang kosong sehingga layarnya terlihat kecil. Panel intrumen penunjuk kecepatan, dan putaran mesin masih analog model jarum, begitu juga informasi suhu mesin, dan volume bahan bakar.
Di tengahnya terdapat layar berukuran 3 inci yang menyajikan berbagai informasi, mulai dari jarak tempuh, konsumsi bahan bakar, mode berkendara yang dapat di atur, suhu di luar mobil, informasi seputar fitur keamanan, dan lain-lain.
Konsol tengah terdapat pengaturan AC yang sudah digital, lalu ada knop untuk mode berkendara dengan 4 pilihan, yakni comfort, eco, smart, dan sport. Sedangkan di tipe Siganture AWD ada tambahan menu terrain untuk mengatur traksi keempat roda di berbagai medan jalan.
Kemudian sisi samping knop drive mode, terdapat tombol untuk pilihan R, N, D, dan P. Artinya meski bertransmisi matik, namun tidak membutuhkan tuas lagi untuk pengoperasiannya, jadi hanya ditekan saat ingin maju, mundur, atau parkir.
Terdapat 7 colokan USB untuk memudahkan pengisian baterai gadget yang tersedi untuk semua penumpang, dan di dalam cup holder konsol tengah terdapat charging wireless. Tempat penyimpanan yang tersedia di dalam kabin juga cukup banyak.
Untuk konfigurasinya, jok pada baris kedua model captain seat, dan baris ketiga dapat menampung 3 penumpang. Menegaskan kesan mewah, terdapat sunroof untuk penumpang di depan, dan belakang hanya panoramic artinya kaca tidak bisa dibuka.
Fitur dan kepraktisan
Untuk memberikan kenyamanan saat berada di dalam kabin, jok pengemudi, penumpang depan dan baris kedua bisa mengeluarkan hawa dingin. Artinya tidak ada lagi keringat yang membekas di baju belakang saat berkendara terlalu lama.
Mengingat di Amerika Serikat memiliki musim dingin, maka terdapat fitur pemanas bangku di bagian depan, dan belakang yang biasanya jarang digunakan untuk pengguna mobil di Indonesia. Lalu AC dapat diatur menjadi tiga zona.
Maka setiap penumpang bisa menyesuaikan suhu AC masing-masing. Selain itu, ada pemilihan quite mode, sehingga penumpang baris kedua, dan ketiga yang ingin tidur diperjalanan lebih hening karena speaker hanya hidup di baris depan.
Untuk kepraktisan, saat ingin memasuki bangku baris ketiga, hanya menekan tombol di bangku baris kedua lalu terlipat otomatis. Saat membawa barang bawaan, bagasi belakang bisa terbuka otomatis ketika kunci pintarnya sudah mendekat.
Gak perlu menekan tombol, atau mengayunkan kaki saat ingin membuka bagasi belakang atau yang disebut smart power tailgate. Kapasitas bagasi dengan posisi jok baris ketiga tegap kapasitasnya 495 liter, namun saat bangku dilipat jadi 2.464 liter, sangat luas.
Palisade didukung rear cross-traffic collision warning yang tanpa sengaja kami coba saat parkir. Mobil melakukan pengereman otomatis, ketika mundur karena masih ada objek yang bergerak mendekat seperti mobil, atau motor yang lewat.
Selain itu, standar fitur keamanan lainnya meliputi blind spot collision warning yang akan berbunyi ketika ada kendaraan lan mendekat dari sisi samping ketika berjalan. Lalu safe exit assist yang dapat mengunci pintu baris kedua secara otomatis, ketika ingin dibuka namun ada objek yang dianggap tidak aman mendekat.
Terdapat 6 air bags pada bagian depan, dan samping. Meski harganya menyentuh miliaran, di tipe tertinggi juga tidak tersedia kamera 360 derajat yang seharusnya bisa membantu saat parkir dengan melihat bentuk mobil secara keseluruhan.
Konsumsi BBM, handling, performa
Dengan postur badan 175 cm, posisi berkendaranya sangat nyaman. Bahkan kami tidak merasa terintimidasi karena bentuk bodi yang sangat besar tersebut, mudah dikontrol dengan visibilitas yang luas dari sisi depan dan samping.
Agar memudahkan pengemudi masuk ke dalam mobil, kursi akan otomatis mundur, dan maju atau menyesuaikan posisi setelah duduk. Radius putar setirnya cukup luas, sehingga tidak ada kendala meski harus berbelok di ruang sempit.
Berbekal wheelbase 2.900 mm, meski panjang bodi hampir 5 meter tidak menyulitkan berkendara di tengah kemacetan. Saat kami mencoba bermanuver di kecepatan 60 km per jam, body rollnya cukup baik, meski agak sedikit limbung.
Mengingat Palisade masih mengandalkan frame monokok, dengan tubuh yang cukup besar. Mungkin dengan sasis tangga atau ladder frame gejala limbungnya jadi lebih minim. Dan menjadi hal yang wajar karena ground clerancenya 203 mm.
Suspensi depan MacPherson strut, dan belakang multi link terasa empuk. Sehingga ketika melewati jalan tidak rata, seperti bebatuan sekalipun tetap nyaman dan tidak ada guncangan berlebihan. Soal performa, kami memacunya di jalan bebas hambatan dengan mode sport sampai 160 km per jam hanya membutuhkan 2.700 rpm.
Respon mesin dari putaran bawah sangat agresif, meskipun kapasitasnya hanya 2.200cc masih lebih besar Fortuner 2.400cc diesel. Namun Palisade memiliki torsi puncak 440 Newton meter di 1.750-2.750 rpm, dan tenaga maksimal 200 PS di 3.800 rpm.
Tenaga tersebut dibantu dari dorongan turbo, melalui transmisi matik ke empat roda atau ke roda depan untuk tipe Prime dan Signature. Namun untuk tipe AWD kami merasa tidak ada masalah ketika melewati tanjakan di kawasan Bogor.
Dengan gaya berkendara yang beragam di dalam kota mulai dari Jakarta-Bogor-Jakarta dengan melewati berbagai medan, dan sedikit stop and go, konsumsi bahan bakarnya hanya 11,7 km per liter, dengan jarak tempuh 139,6 km.