"Jadi sebelum diluncurkan autopilot software-nya, kita selalu ada very rigorous testing (pengujian yang sangat ketat), yang giat dan menghitung semua risiko-risiko agar komputernya bisa benar-benar aman untuk semuanya,” jelas wanita berusia 26 tahun ini.
Fitur Full-Self-Driving adalah salah satu proyek terbesar Tesla yang ikut digarap oleh Moorissa. Fitur ini merupakan tingkat tertinggi dari sistem autopilot, di mana pengemudi tidak perlu lagi menginjak pedal rem dan gas.
“Karena kita pengin mobilnya benar-benar kerja sendiri. Apalagi kalau di tikungan-tikungan. Bukan cuma di jalan tol, tapi juga di jalan-jalan yang biasa,” tambah perempuan yang hobi melukis di waktu senggangnya ini.
Moorissa mengaku bahwa proses penggarapan fitur ini benar-benar sulit dan telah memakan jam kerja yang sangat panjang, khususnya untuk tim autopilot, yang mencapai 60-70 jam seminggu.
Mengingat tugasnya yang harus menguji perangkat lunak mobil, sebagai karyawan, Moorissa dibekali mobil Tesla yang ia gunakan sehari-hari. “Karena kerjanya dengan mobil, juga dikasih perk (keuntungan) untuk drive mobilnya juga kemana-mana, biar bisa di-testing,” pungkas Moorissa.
Baca juga: Tak Hanya Mobil Listrik, Tesla Diminta Presiden Jokowi Kembangkan Ini